Thursday, December 27, 2007

Obat Sakit Tenggorokan

Saat tenggorokan sakit dan berdahak, atau suara hilang, saya selalu sibuk dengan minum teh panas campur madu untuk mengobatinya. Tidak lupa, untuk melonggarkan tenggorokan yang terasa tercekik akibat dahak yang menggumpal di sekitar tenggorokan, saya selalu makan permen Fisherman's Friend produksi Lofthouse dengan rasa original extra strong.

Sakit tenggorokan ini sering datang menimpa saya. Biasanya, penyakit ini datang saat fisik kurang fit, lalu saya lupa minum air dingin atau badan terkena AC secara langsung saat di mobil atau saat tidur.

[By the way, ketika penyakit ini datang, saya baru menyadari bahwa usia saya ternyata sudah kurang menunjang untuk bisa minum air dingin sepuasnya, atau tidur hanya memakai sarung tanpa baju, seperti kebiasaan saat masih muda dulu :)]

Sebenarnya ada obat yang sangat manjur dan sederhana, tetapi entah mengapa, sering terlupa saat penyakit ini datang. Yang selalu teringat adalah minum teh panas campur madu. Padahal, teh panas campur madu hanya mampu menambah stamina, tetapi tidak mampu mengobati rasa sakit di tenggorokan atau mengusir dahak yang membandel.

Obat yang sederhana tersebut adalah asam belimbing (averrhoa bilimbi) atau biasa juga disebut dengan nama belimbing asam, asam belimbing wuluh, dan belimbing buloh atau buluh.

Buah ini tersedia setiap saat, karena saya menanamnya di halaman depan rumah. Pohon ini berbuah hampir setiap hari sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Alasan saya menanam pohon asam belimbing ini dulu cukup sederhana, karena saya suka sayur asam atau garang asam. Kedua masakan itu terasa sangat nikmat jika menggunakan asam belimbing sebagai bumbu untuk membuat kedua sayur itu berasa asam. Ternyata, buah asam belimbing juga bisa digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan.

Cara pengobatannya juga cukup praktis. Gigit 1 atau 2 buah asam belimbing, lalu hisap airnya. Kalau cukup tahan dengan rasa asamnya, gigit dan kunyah lalu telah buah ini.

Jika Anda mengalami sakit tenggorokan, cobalah obat ini. Tidak perlu memakai antibiotik atau obat batuk lainnya untuk mengusir dahak yang membandel di tenggorokan Anda. Ini adalah obat yang murah meriah tetapi manjur dan tokcer :)

Insya Allah.

Wednesday, December 19, 2007

Skenario Baru Indopolitik

Membangun bisnis memang tidak mudah. Selalu ada kesulitan dan tantangan. Tetapi, bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan.

Kalau uang sudah ada di kantong sendiri, mungkin sedikit lebih mudah. Tetapi jika uangnya ada di kantong orang lain, ada di kantong investor, tidak mudah meyakinkan agar uangnya mau digunakan untuk membangun sebuah bisnis. Apalagi jika si investor belum memiliki visi yang sama untuk bisnis tersebut.

Ini yang saya alami dalam membangun Indopolitik, situs politik interaktif yang menggabungkan fitur-fitur news, sms text, sms 3G, dan IP TV. Sudah beberapa bulan ini, usaha saya selalu kandas dalam meyakinkan investor agar mau mendanai pengembangan situs Indopolitik.

Namun demikian, saya tidak pernah putus asa. Cita-cita membangun situs Indopolitik terus menyala, dan saya yakin suatu saat situs ini akan bisa berjalan seperti yang saya harapkan dan saya impikan. Apalagi, teman baik saya yang juga menjadi mitra di Indopolitik, Ivan Latif, masih memiliki harapan dan mimpi yang sama dengan saya.

Sekali situs ini terkembang, insya Allah akan mengalahkan MyRMnews.com dan Detik.com :)

***

Minggu ini saya menemukan skenario baru. Menjual secara langsung Indopolitik mungkin tidak menarik karena tidak jelas kapan uang yang diinvestasikan akan kembali. Lalu terlintas dalam benak saya untuk menjual 10% saham saya di PT Arto Selaras Mandiri Indonesia (Asmindo) dengan harga Rp 1 miliar.

Hitung-hitungannya, dengan pembelian 10% saham Asmindo, investor bisa menghitung uangnya dapat kembali (break even point) dalam waktu 16 bulan. Not too bad untuk sebuah investasi. Investasi pada bisnis makanan malah memerlukan waktu 3 hingga 5 tahun untuk bisa mendapatkan kembali uangnya, dan membutuhkan dana yang jauh lebih besar. Seorang kawan yang membeli franchise Kafe Tator, membutuhkan dana lebih dari Rp 3 miliar untuk mendirikan kafe itu di Pacific Place Mall, dan prediksinya baru bisa kembali setelah 3 tahun.

Dari uang sebesar Rp 1 miliar tersebut, setengahnya masuk ke kantong saya dan Ivan (tentu saja ada bonus buat Agus Ismanto yang telah setia menjaga Indopolitik), setengahnya akan diinvestasikan di Indopolitik, untuk biaya operasional 1 tahun pertama. Sebagai bonus tambahan, investorpun akan mendapatkan saham pada perusahaan yang akan dibentuk untuk mengelola Indopolitik, yang rencananya akan diberi nama PT Indopolitik Primawarta (IP).

Seseorang yang telah memiliki pengalaman dalam membangun pay per view TV, yaitu Indovision dan Swara TV, nampaknya berminat, dan saat ini sedang mempelajari penawaran saya. Jika beliau bersedia menjadi investor, saya bukan saja bisa mendapatkan modal untuk membangun Indopolitik, tetapi saya juga menemukan strategic partner untuk membangun IPTV (Internet Protocol Television) yang akan menjadi salah satu fitur Indopolitik.

Komposisi pemagang saham PT Indopolitik Primawarta rencananya adalah Agus Ismanto 10%, Ardi Lukianto 5%, PT Asmindo 4o%, Fami Fachrudin 15%, Ivan Latif 15%, dan Investor 15%.

Ada seorang kawan yang bertanya, mengapa harus memberi saham 40% kepada PT Asmindo? Saya pikir ini hanya goodwill saya dan Ivan saja untuk menjaga hubungan Asmindo dengan Indopolitik dalam jangka panjang, karena ada satu sisi bisnis yang kelak harus dilakukan keduanya secara bersama-sama.

Beliau yang bertanya mengusulkan kenapa yang 40% tidak diatasnamakan saya dan Ivan saja? Toh dengan begitu kontrol atas kedua perusahaan itu masih tetap dalam kendali saya dan Ivan. Boleh juga ... :)

Atau barangkali, jika Haryo Seno, pemegang saham Asmindo yang lain, bersedia melepas 5% saham dengan harga Rp 500 juta, lalu separuh hasil penjualan sahamnya diberikan kepada Indopolitik dan separuhnya lagi masuk kantong Haryo, maka sebagian saham itu bisa diberikan kepada Haryo.

Dari sisi Haryo ini bisa menjadi hitung-hitungan yang menarik. Investasi Rp 500 juta pada bulan Nopember 2007 telah berhasil mengembalikan Rp 450 juta pada bulan Januari 2008, dan ia masih memiliki saham di Asmindo sebesar 11,5% dan saham di Indopolitik, say, 10%. Menarik khan Yo? :) :)

Saturday, December 08, 2007

Asmindo Berbenah

Sebulan sudah berlalu sejak saya dan kawan-kawan DPM mengambil alih saham PT Arto Selaras Mandiri Indonesia (Asmindo) sejak 6 Nopember lalu. Sudah cukup banyak yang dilakukan untuk membenahi dan memperkuat struktur bisnis Asmindo:
  • Pengurusan dokumen legal yang baru, seperti Pengesahan Kehakiman, SIUP, dan TDP akhirnya selesai pada Kamis (6/12) kemarin. Dokumen ini diperlukan untuk mengurus berbagai keperluan administrasi perusahaan, seperti perubahan otoritas rekening perusahaan dari pemegang saham lama kepada pemegang saham yang baru.
  • Penambahan 2 unit server baru sekaligus penambahan kapasitas rak server yang disewa Asmindo. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi target trafik per harinya. Dengan server yang lama, Asmindo hanya sanggup menangani sekitar maksimum 200.000 sms per hari. Kini, dengan server yang baru, Asmindo bisa menangani hingga 2 juta sms per hari.
  • Untuk memenuhi target 2 juta sms per hari, Asmindo akan membuka kode akses yang baru pada operator seluler XL dan Fleksi. Targetnya, bulan Desember ini nomor akses atau short code 3689 juga bisa diakses melalui XL dan FLeksi.
  • Untuk bisa mendapatkan nomor akses yang baru pada XL dan Fleksi, Asmindo diminta membuat program layanan sms pada kedua operator tersebut. Khusus untuk XL, mereka meminta produk yang berbasis 3G, dan saat ini kawan-kawan sedang menyiapkannya. Pada saatnya, produk tersebut akan saya umumkan. Saat ini masih menjadi rahasia perusahaan, takut dicuri oleh pesaing Asmindo :)
  • Bekerjasama dengan PT Gramedia Pustaka Utama dan Indosat, Asmindo akan membuka layanan produk VAS (value added services) rich content komik Tintin, seperti kuis Tintin, download wallpaper dan theme Tintin, kartu perdana Tintin, dan lain-lain.
  • Asmindo juga sedang menyiapkan program download untuk ringtones, wallpaper, video, dan theme. Di tengah jalan, program ini bertemu dengan rencana PT Suara Papah Merdu (bukan nama sebenarnya) yang akan menjual lagu-lagu lewat sms dan polling program semacam kontes calon artis yang diselenggarakan oleh perusahaan tersebut bekerjasama dengan sebuah stasiun televisi swasta.
  • Untuk mengoptimalkan server yang ada, Asmindo juga akan membuka bisnis webhosting yang diberi nama Jawara Web. Pasar webhosting di Indonesia, menurut Ardi, konon masih cukup luas. Januari nanti Asmindo akan membuka bisnis ini, dus Asmindo rencana akan merekrut 2 karyawan baru, customer service officer dan staf marketing, untuk membantu Ardi menjalankan bisnis ini.
Ada beberapa program lainnya yang sedang disiapkan oleh manajemen Asmindo, namun saat ini masih berstatus confidential. Secara garis besar, nama-nama program tersebut adalah SMS Agregator, SMS Barcode, dan Mobile Friendster. Untuk itu saya mohon maaf belum bisa membuka informasi detilnya kepada publik :)

Wednesday, December 05, 2007

Salah Kaprah Yang Muda Yang Memimpin

Ketika membaca undangan perhelatan deklarasi kaum muda untuk merebut kepemimpinan di sebuah milis pada Oktober lalu, saya termasuk yang mencibir.

Bukan karena saya tidak respek terhadap kegiatan tersebut, tetapi karena kepemimpinan telah dipersempit hanya pada lingkup kepemimpinan politik. Seolah-olah, segala carut-marut bangsa ini timbul karena ada masalah dalam kepemimpinan politik. Lalu masalah itu direduksi menjadi lebih sempit lagi, bahwa masalahnya karena kepemimpinan politik dipegang oleh kaum tua dan permasalahan bangsa ini akan selesai kalau anak muda diberi kesempatan mengambil alih kepemimpinan politik.

Bagaimana saya tidak mencibir, saya serta merta teringat pada sejumlah anak muda, terutama kawan-kawan saya, orang-orang yang saya kenal dengan baik sejak masih miskinnya. Meski mereka kawan-kawan baik saya, saya tetap harus jujur bahwa apa yang mereka lakukan di dunia politik tidaklah memberi harapan pada perbaikan nasib bangsa ini. Mereka sibuk dengan dirinya --bahkan keluarganya-- dan partainya. Mereka tidak sibuk oleh urusan-urusan besar bangsa ini yang harus ditangani secara tulus, jujur, dan sungguh-sungguh.

Saya selalu mengatakan kepada kawan-kawan, kalau masih punya hasrat "mencangkul" untuk memperkaya diri, janganlah maju ke dunia politik, apalagi bagi mereka yang terjun ke dunia politik dengan legitimasi "baju takwa" atau baju Muhammadiyah --lingkungan darimana saya berasal. Jangan pertontonkan kepada publik, bahwa kita bisa kaya kalau terjun ke dunia politik.

Berikut ini adalah tulisan yang sepertinya menampung seluruh uneg-uneg saya soal keinginan sejumlah anak muda tampil "meminta" jatah kursi kepemimpinan politik.


Anak Muda
Mohamad Sobary

Kompas, Minggu, 02 Desember 2007

Anak-anak muda menuntut hak untuk memperoleh giliran memimpin. Sayang tak ada penjelasan mengenai memimpin apa. Sesudah deklarasi yang disiarkan Metro TV malam itu, suasana senyap kembali, seperti tak pernah terjadi apa pun.

Ada tanggapan ala kadarnya dari Wapres Jusuf Kalla yang tak bergema secara luas. Kemudian muncul sebuah tulisan di media, yang tak cukup meyakinkan, bahwa kaum muda memang bersungguh-sungguh. Generasi muda, harapan bangsa, ternyata juga tak punya konsep tentang kepemimpinan, terobosan terhadap krisis, dan jawaban tentang ke-Indonesia-an masa depan.

Apa yang mereka maksud memimpin? Sudah begitu banyak anak muda menjadi anggota DPR, tetapi kekuasaan membuat mereka terbius dan kesudahannya hanya sibuk memperkaya diri.

Ada pula di antara mereka yang menjadi menteri, tetapi tak tampak hal yang mencolok mata. Misalnya, minimal, hidup sederhana, memahami kesusahan rakyat, memiliki empati dan sikap populis, serta tidak memewahkan diri.

Pekerjaan semudah ini saja tak bisa dipenuhi. Apalagi diminta berprestasi. Lalu, siapa anak muda yang merasa siap dan menganggap sudah tiba waktunya memimpin ini?

Kalau mereka datang dari kalangan yang sudah disebut di atas, daya tarik apa yang hendak ditawarkan kepada publik? Rakyat sudah bosan melihat "wayang" politik yang pemain-pemainnya sudah kehilangan inspirasi dan daya juang. Kita tak lagi memiliki tokoh politik yang agak sedikit otentik. Kita tak punya tokoh yang patut disebut pejuang atau patriot.

Kualitas tokoh politik kita hanya setingkat dengan stereotip yang kita lekatkan kepada pegawai negeri: seadanya, kurang kreatif, ogah berinisiatif, dan gigih menjaga "tradisi" tak bertanggung jawab.

Dibandingkan dengan tokoh-tokoh bisnis, tokoh media, tokoh keilmuan, dan tokoh lembaga swadaya masyarakat, tokoh politik kita jauh tertinggal. Di dalam bidang-bidang tadi mereka berjuang dengan segala risiko dan lebih dari layak disebut pemimpin.

Maka, tak ada di antara mereka yang ikut merengek minta kesempatan memimpin karena mereka sudah menjadi pemimpin. Mereka tumbuh dari pergulatan nyata, sedang para tokoh politik kita direkrut partai-partai politik yang agak busuk bagian dalamnya dan tak punya visi besar yang tampak segar di luarnya.

Pada zaman gerakan mahasiswa tahun 1977/78 dulu ada seruan dari salah seorang mahasiswa Universitas Indonesia, minta agar di DPR/MPR ada wakil mahasiswa. Dulu saya juga mahasiswa, tetapi saya tidak tertarik sama sekali mengikuti pandangan politik macam ini.

Kepemimpinan datang tidak dari kesempatan yang "diberikan" secara bergantian, seperti dalam suatu arisan, melainkan dari prestasi yang tampak oleh publik dan mendapat pengakuan publik. Alam memang mengatur yang tua otomatis lengser. Tetapi, tak semua yang muda dengan sendirinya boleh nangkring begitu saja. Kecuali, sekali lagi, bila kita bicara tentang mekanisme politik yang tak pernah, atau jarang sekali, bicara tentang kompetensi.

Dalam sebuah seminar di IAIN Sunan Kalijaga di Yogya sekitar tahun 1993, ada mahasiswa yang meminta agar saya tak menulis resensi buku.

"Biarkan resensi buku itu menjadi bagian teman-teman mahasiswa. Sampean menulis esei saja," kata dia. Saya pun menuruti "nasihat" itu.

Menulis esei tidak mudah. Pada zaman saya belajar menulis sudah banyak nama-nama beken yang sangat mapan. Tetapi, saya tak pernah meminta kepada, misalnya Emha Ainun Nadjib atau Goenawan Mohamad, untuk tidak lagi menulis supaya tulisan-tulisan saya yang dimuat media.

Jurang antargenerasi memang sering menganga lebar. Dalam sejarah, ketegangan antargenerasi muncul dalam pergolakan pemikiran antara yang muda —maju, dinamis, progresif-revolusioner— berhadapan dengan golongan tua —konservatif, lamban, memuja masa lalu, dan memelihara adat— seperti, misalnya, pergolakan kaum muda dan kaum tua di Minangkabau.

Namun, itu pergolakan pemikiran. Sumpah Pemuda lahir dari pemikiran, diteriakkan dalam perjuangan pemikiran dalam memandang masa depan. Cipto Mangunkusumo melawan Sutatmo Suryo Kusumo pada tahun 1918 dalam perdebatan ide dan aspirasi kultural yang jelas dalam memandang masa depan bangsa.

Polemik kebudayaan lahir dari ketegangan pemikiran. Ahmad Wahid bergolak pada zaman tenang lewat pemikiran. Mengapa pada abad kegelapan dan zaman penuh kebuntuan sekarang tak lahir percikan pikiran? Mengapa yang lahir hanya kehendak berkuasa yang dibangun di atas asumsi bahwa kekuasaan bisa diatur bergiliran?

Berkali-kali saya hadir, bahkan diminta pidato, dan agak berapi-api, dalam deklarasi partai milik anak-anak muda yang segar wawasannya, jernih naluri politiknya, dan berani gigih bekerja. Di tengah-tengah mereka, saya membayangkan generasi Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir, Tan Melaka.

Saya tak peduli dianggap muda apa tua, saya berpihak kepada mereka yang muda dan bergolak. Tetapi, terhadap anak muda yang hanya meminta—tanpa konsep, tanpa kesiapan—saya merasa betapa jauh jarak kita sekarang dengan generasi Bung Karno dan Bung Hatta.

Kita merosot di titik mengenaskan. Zaman memang sudah berubah. Tetapi, dalam perubahan itu haruskah kita tak berpikir melainkan hanya mengharap sambil menunggu kemurahan alam yang akan memberi yang muda momentum emas untuk memimpin?

Apa yang mau dipimpin kalau anak muda hanya siap untuk membacakan sebuah deklarasi?

Saturday, December 01, 2007

Tujuh Dosa Sosial

Mengapa Indonesia terus amburadul? Mungkin karena bangsa ini gemar melakukan "tujuh dosa sosial" seperti pernah disampaikan Mohandas K. Gandhi berikut:
  1. politik tanpa prinsip,
  2. kekayaan tanpa kerja keras,
  3. perniagaan tanpa moralitas,
  4. kesenangan tanpa nurani,
  5. pendidikan tanpa karakter,
  6. sains tanpa humanitas,
  7. peribadatan tanpa pengorbanan.

Thursday, November 08, 2007

Sukses Ambil Alih Asmindo

Alhamdulillah, puji Tuhan, proses pengambil-alihan PT Arto Selaras Mandiri Indonesia (Asmindo) selesai kemarin (7/11). Melalui notaris Ny Soehardjo Hadie Widyokusumo, SH, yang beralamat di Jl. Casablanca Raya No 99, Jakarta Selatan, akta Pernyataan Keputusan RUPSLB sudah dicatatkan. Tinggal proses pengurusan dokumen legal yang baru seperti SIUP dan TDP serta laporan ke Dephukham dan Deperin, yang katanya memakan waktu sekitar 2 minggu.

RUPSLB mengukuhkan penjualan saham Aris Wahyudi (50%) dan Ivan Latif (50%) kepada pemegang saham baru Fami Fachrudin (64%), Haryo Seno (16,5%), Akbar Wiraguna mewakili PT Delapan Pilar Mas atau DPM (16,5%), dan H. Abdul Hakam Nagib (3%). Kepengurusan perusahaan yang baru adalah: Direktur Utama dijabat oleh Fami Fachrudin, Direktur Keuangan oleh Akbar Wiraguna, dan Komisaris oleh Haryo Seno.

Saya mengucapkan terimakasih kepada kawan-kawan dari DPM yang telah bersedia bergabung dengan saya mengambil alih perusahaan ini. Tanpa partisipasi kawan-kawan DPM, kumpulan anak-anak lulusan Jerman, pengambil-alihan Asmindo mungkin belum terlaksana, karena dana yang saya miliki tidak mencukupi tuntutan harga yang diminta Aris dan Ivan sebesar Rp 3 miliar. Saya kini semakin yakin, teman-teman DPM memang benar-benar pilar emas ... bukan pilar perak, apalagi pilar tembaga hehehe :) :)

Hakam yang sebelumnya saya duga satu-satunya pilar tembaga di kelompok itu, ternyata juga menunjukkan keemasannya. Kalau toh belum pilar emas beneran, setidaknya Hakam adalah pilar tembaga bersepuh emas hehehe :) :)

Selanjutnya, saya ingin konsentrasi membenahi manajemen perusahaan ini, terutama mengalihkan tulang punggung penghasilannya, dari produk berbasis quiz di Telkomsel dan Indosat kepada produk non-quiz, seperti program-program layanan publlik berbasis sms.

Saya juga ingin mengembangkan perusahaan ini ke sektor IT dan Telekomunikasi. Manajemen yang baru bermimpi untuk membuat sebuah produk software yang bisa dijual ke Microsoft atau pemain besar lainnya.

Dan yang terpenting, sebagaimana komitmen saya kepada Ivan dan Aris sewaktu akan mengambil-alih Asmindo, saya harus membenahi perpajakan perusahaan ini. Jika mau besar, perusahaan ini mau tidak mau memang harus membenahi perpajakannya.

Semoga!

Thursday, October 25, 2007

Prioritas Kerja Jangka Pendek

Setelah libur lebaran cukup lama, kini saatnya kembali konsentrasi pada pekerjaan-pekerjaan yang masih belum selesai. Beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan pada tahun ini di antaranya:
Peluncuran Indopolitik.com. Selasa (23/10) kemarin, Lalu Mara sudah sepakat membiayai biaya peliputan berita untuk situs Indopolitik.com selama setahun. Seorang kenalan Mara sudah dikontak dan bersedia menjadi koordinator liputan. Kini tinggal menunggu program dan bujet selama setahun yang akan diajukan kenalan Mara itu. Jika angka-angkanya sudah cocok, tinggal mencari waktu untuk peluncurannya. Mudah-mudahan Nopember ini sudah bisa berjalan.

Tagihan ke Total Indonesie. Pengurusan ganti rugi tanah yang digunakan PT Total Indonesie di Kalimantan sudah berkekuatan hukum tetap setelah putusan PK (Peninjauan Kembali) dikeluarkan Mahkamah Agung. Putusan PK menetapkan ahli waris tanah itu sebagai pemilik sah tanah yang dikuasai PT Total Indonesie dan memerintahkan PT Total Indonesie untuk membayar ganti rugi sebesar Rp 20 miliar, sebuah angka ganti rugi yang sebenarnya sangat kecil karena nilai pasar tanah tersebut berkisar Rp 200 miliar. Keterlibatan saya dkk dalam pekerjaan ini atas permintaan kuasa hukum ahli waris, yang dikenalkan oleh kawan baik saya Aziz Muslim, mantan Wasekjen PB HMI, sekitar 4 tahun lalu. Mereka ingin mengurus PK ke MA tetapi tidak punya dana, dan meminta saya mendanai seluruh proses gugatan ke pengadilan hingga penagihannya.

Mengejar piutang. Piutang saya yang tersebar di beberapa teman sepertinya sudah harus diintensifkan penagihannya, terutama piutang dalam jumlah besar. Mr X punya hutang kepada saya sebesar Rp 300 juta, Mr Y sebesar Rp 1,2 miliar, dan Mr Z Rp 400 juta. Saya tahu, kawan-kawan saya yang meminjam uang itu memang sedang berusaha mencari uang untuk mengembalikannya. Tetapi kalau saya tidak ngotot menagih dan terlalu lama, dikira saya sudah tidak butuh uang itu :)

Membangun mini market di Bumiayu. Tanah di Kalierang yang saya beli tahun lalu sudah setahun ini teronggok tanpa terurus setelah bangunannya saya robohkan. Ada pikiran membangun mini market bekerjasama dengan adik saya. Kebetulan, adik saya yang berjualan sembako di Pasar Kaki Lima, Bumiayu, saat ini sudah beromset Rp 15 juta per hari dengan kios seluas sekitar 8 m2. Semakin hari semakin bertambah saja pelanggannya. Gudang seluas 6 m2 yang dimiliki juga sudah tidak cukup. Jika di atas tanah kosong seluas 240 m2 itu saya bangun mini market, usaha adik saya mungkin bisa lebih berkembang lagi, dan yang terpenting.. tanah saya bisa dimanfaatkan.
Masih ada beberapa pekerjaan lainnya yang juga harus selesai dalam waktu dekat ini, seperti pengambil-alihan saham PT Asmindo (Arto Selaras Mandiri Indonesia), pemilik nomor layanan 3689, yang mau dijual seharga Rp 3 miliar, serta pengambil-alihan sebuah radio di Bumiayu yang mau dilepas dengan harga Rp 350 juta dan sedang saya tawar dengan harga Rp 300 juta.

Monday, October 22, 2007

Home Sweet Home

Akhirnya... aku kembali ke rumahku di Kalibata, kembali merasakan segala kenyamanan sebuah tempat tinggal, tempat untuk kembali. Senyaman apapun tempat tinggal di luar, tetap saja kita akan merindukan tempat tinggal sendiri. Home sweet home. Baiti jannati. Rumahku surgaku.

Semalam (21/10), tepat pukul 20.08 aku sampai ke rumah. Kepulangan dari kampung dipercepat sehari karena Shemissa memaksa akan masuk sekolah hari ini, meski pada akhirnya dia tidak masuk juga karena bangun kesiangan :)

Ini adalah perjalanan pulang kampung terlama sejak menjadi penduduk DKI. Saya pulang kampung dari 9 hingga 21 Oktober, dengan rincian tinggal di Bumiayu 9-14 Oktober dilanjutkan 19-21 Oktober dan di Pati 14-19 Oktober.

Tahun depan, kalau masih bertemu Ramadhan lagi, ingin lebih lama tinggal di kampung, terutama selama bulan puasa. Jika memungkinkan, 10 hari terakhir Ramadhan sudah ada di kampung. Bukan untuk menghindari kewajiban membagi THR kepada kawan-kawan, tetapi karena ingin menikmati puasa dengan lebih baik. Apapun, puasa di Jakarta kurang nikmat karena godaan terlalu banyak :)

Banyak yang ingin ditulis, tetapi badan masih pegal-pegal akibat perjalanan darat yang cukup lama, sekitar 9 jam, lebih lambat 3 jam dari laju normal.

Tuesday, October 16, 2007

Hisab

Apakah pada jaman nabi Muhammad hidup belum ada metode hisab untuk menentukan bulan baru qamariyah? Jawabannya sederhana: sudah ada.

Bangsa Yahudi membuat kalendernya, lunar calendar, dengan mengadopsi tradisi bangsa Babylonia. Bangsa Babylonia sendiri meneruskan cara-cara pembuatan kalendernya dari bangsa Sumeria yang hidup jauh sebelum itu (ribuan tahun sebelum Masehi).

Bangsa Yahudi menggunakan dua metode utama dalam menyusun kalendernya. Pertama, kombinasi rukyatul hilal (didukung oleh 2 saksi) dan hisab (dilakukan oleh the Supreme Jewish Court) untuk menentukan awal bulan baru. Hasil rukyah harus diverifikasi dengan hasil perhitungan. Pembuatan kalender dengan cara ini sudah dilakukan sejak tahun 70.

Kedua, "modern" form, bangsa Yahudi sepenuhnya menggunakan perhitungan (a fixed arithmatics) dalam menyusun lunar calendar mereka. Kalender modern ini --juga mengadopsi aturan aritmatika bangsa Babylonia dalam menyusun kalendernya-- digunakan oleh bangsa Yahudi secara rahasia sejak abad ke-4 M, atau menurut Al-Khawarizmi, sepenuhnya menggunakan aturan modern pada abad ke-9. (Lihat Hebrew Calendar pada ensiklopedia Wikipedia atau Babylonians Calendar pada ensiklopedia Britannica).

Hitungan mereka menjadi rumit karena harus menyesuaikan kalendernya dengan gregorian calendar. Pada periode tertentu, mereka, baik bangsa Yahudi maupun Babylonia, dengan caranya masing-masing harus menambah hari agar selisih lunar calendar (354 hari) dengan gregorian calendar (365 hari) bisa tertutupi.

Ketika Al-Quran diturunkan pada abad ke-7 Masehi, bangsa Yahudi saat itu sudah menggunakan metode hisab “modern”. Bahkan, ratusan tahun sebelumnya, metode aritmatika dalam menyusun kalender sudah digunakan oleh bangsa Babylonia. Dengan fakta itu, pilihan nabi Muhammad saw atau Al-Quran pada metode visibility of the new crescent moon meninggalkan banyak pertanyaan bagi saya.

Kenapa Al-Quran lebih menggarisbawahi hilal (QS 2:189), sebagai tanda-tanda yang dipergunakan untuk menyusun kalender, terutama berkaitan dengan kalender kegiatan keagamaan? Apakah karena bangsa Arab adalah bangsa yang bodoh (ummi) sehingga hanya diperkenalkan pada metode sederhana ini?

Atau, apakah karena bangsa Arab hanya mengenal visibility of the new crescent moon dan tidak mengenal fixed arithmatics untuk membuat kalender, lantas tidak ada yang bertanya kepada nabi Muhammad saw tentang aritmatika penyusunan kalender?

Apa susahnya Al-Quran menyitir metode hisab bangsa Babylonia dan bangsa Yahudi sebagai cara lain dalam menentukan bulan qamariyah?

Atau, apakah karena Islam memilih simplicity, menghindari kerumitan seperti kalender Yahudi?

Yang pasti, karena orang Islam harus berpuasa setelah melihat hilal, tradisi penanggalan Islam konsisten menggunakan satu periode bulan dari ijtimak (conjuction) satu ke ijtimak berikutnya, tanpa perlu mengikuti atau menyesuaikan dengan kalender Gregorian.

Monday, October 15, 2007

Rukyatul Hilal

Rukyatul hilal adalah salah satu metode untuk menentukan awal bulan qamariyah. Rukyatul hilal artinya melihat hilal (crescent moon atau bulan sabit), yaitu bulan yang pertama muncul dan dapat dilihat pada setiap awal bulan qamariyah. Istilah ini selalu disebut-sebut --dan menjadi perdebatan yang seolah tiada habisnya karena terus berulang setiap tahunnya-- menjelang puasa Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri.

Mengapa rukyatul hilal? Karena ada sabda Nabi Muhammad saw yang mengatakan berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah (mengakhiri puasa Ramadhan) karena melihat hilal. Karena hadits tersebut, banyak ummat Islam menggunakan metode ini untuk menentukan awal Ramadhan, Idul Fitri (Syawal), dan Idul Adha (Dzulhijjah).

Mengapa hanya pada 3 bulan itu saja rukyatul hilal menjadi penting? Karena di dalamnya ada 3 ibadah yang sudah ditentukan tanggalnya. Berpuasa sejak 1 Ramadhan, Idul Fitri pada 1 Syawal, dan Idul Adha pada 10, 11, dan 12 Dzulhijjah, serta tanggal yang sangat krusial yaitu 9 Dzulhijjah ketika jamaah haji melaksanakan wukuf, inti dari pelaksanaan ibadah haji, di Arafah.

Bagaimana melaksanakan rukyatul hilal? Ada ulama yang masih berpendapat, melihat hilal harus dengan mata telanjang (naked eyes), ada yang membolehkan dengan teropong, ada yang cukup dengan menggunakan hitungan (hisab) kapan secara teoritis hilal sudah mulai nampak (imkanur rukyah).

Metode penentuan bulan baru qamariyah (lunar calendar) berdasarkan penampakan bulan baru (visibility of the new crescent moon), telah digunakan oleh berbagai kebudayaan sejak 5000 tahun yang lalu, sejak kira-kira 1000 tahun sebelum lahirnya Nabi Ibrahim. Demikian menurut situs An Einstein Year Project, sebuah situs yang menampilkan laporan tentang bulan baru.

Menyadari kenyataan bahwa tradisi rukyatul hilal adalah tradisi tua, yang sudah hidup di tengah bangsa-bangsa Arab selama ribuan tahun, kita bisa memaklumi mengapa Nabi saw mengeluarkan sabdanya yang terkenal itu. Bahkan Al-Quran sendiri tidak terlepas dari tradisi tersebut:
Mereka bertanya kepadamu tentang hilal. Katakanlah: "Hilal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji." (QS 2: 189)
***
Tradisi tua itu, setidaknya sudah berumur 1400 tahun dalam tradisi Islam, kini menghadapi tantangan baru. Perhitungan kalender qamariyah modern sudah banyak yang menggunakan metode hisab (perhitungan), tanpa perlu lagi bergantung hilal terlihat (visibility of the new crescent moon), bahkan tanpa perlu menghitung kemungkinan bulan terlihat atau tidak. Itulah metode hisab yang dikenal dengan kriteria wujudul hilal, bulan baru sudah di atas garis ufuk > 0 derajat pada saat matahari terbenam, setelah sebelumnya terjadi konjungsi atau ijtimak.

Di Indonesia, baru Muhammadiyah yang menggunakan hisab dengan kriteria wujudul hilal. Persis (Persatuan Islam) yang dalam banyak hal mirip Muhammadiyah, untuk masalah ini lebih memilih menggunakan hisab dengan kriteria imkanur rukyah (kemungkinan bulan terlihat). Kelompok-kelompok lain yang lebih tradisional masih belum beranjak dari rukyatul hilal.

Kesulitan orang meninggalkan tradisi yang sudah berumur ribuan tahun ini tentu mudah dipahami. Bukan hanya kita, kanjeng Nabi Muhammad, yang ajarannya berlaku untuk seluruh ummatnya hingga akhir zaman, menggunakan tradisi tua ini sebagai metode untuk menentukan awal bulan qamariah. Bahkan Al-Quran sendiri mengikuti setting budaya visibility of the new crescent moon.

Apa yang dilakukan Muhammadiyah, dalam tradisi Islam, adalah sebuah terobosan baru atau --menurut pakar astronomi dari LAPAN Dr. T Djamaluddin-- tafsiran baru. Penentuan awal bulan qamariyah dengan hisab wujudul hilal adalah sebuah tradisi modern yang sama sekali terlepas dari tradisi visibility of the new crescent moon yang sudah berumur ribuan tahun.

***
Perbedaan akan muncul pada ketinggian bulan tertentu, misalnya pada ketinggian bulan di atas ufuk masih di bawah 2 derajat tapi sudah di atas NOL derajat, seperti terjadi tahun ini (1428H/2007M). Secara teroritis bulan pasti tidak mungkin dapat dilihat, oleh karenanya pengguna metode rukyatul hilal dan metode hisab dengan kriteria imkanur rukyah akan menyatakan lusa sebagai awal bulan baru, tetapi pengguna metode hisab dengan kriteria wujudul hilal akan menyetakan besok sebagai awal bulan baru.

Perbedaan tersebut membuat banyak orang awam bingung, karena penentuan awal bulan-bulan itu berkaitan dengan ibadah. Contohnya, berpuasa pada 1 Syawal hukumnya haram. Untuk tahun ini, 1 Syawal-nya Muhammadiyah adalah 30 Ramadhan-nya Persis.

Contoh lain, berpuasa pada 10, 11, dan 12 Dzulhijjah juga haram, sementara berpuasa pada 9 Dzulhijjah hukumnya sunnah. Jika pengguna wujudul hilal meyakini 1 Dzulhijjah lebih awal satu hari dari rukyatul hilal, maka ada kemungkinan mereka berpuasa sunnah saat jamaah haji sedang wukuf pada tanggal 10 Dzulhijjah. Jika mereka berpuasa sunnah pada 9 Dzulhijjah, jamaah haji belum wukuf, padahal puasa sunnah tersebut adalah puasa solidaritas terhadap jamaah haji yang sedang wukuf, bukan puasa karena tanggal 9 Dzulhijjah.

Belum lagi kalau mau menghitung malam lailatul qadar. Malam ganjil bagi Muhammadiyah bisa jadi malam genap bagi Persis, jika keduanya memulai awal puasa pada hari yang berbeda.

Perbedaan-perbedaan ini membuat kesakralan tanggal-tanggal tersebut menjadi relatif. Jika Tuhan sangat demokratis dan cenderung membenarkan semua pendapat ummat-Nya, maka malam lailatul qadar tidak lagi diturunkan hanya pada malam ganjil, tetapi dapat turun sewaktu-waktu tidak perlu menunggu ganjil atau genap, karena keduanya relatif. Ganjil bagi rukyatul hilal bisa berarti genap bagi wujudul hilal.

Akan tetapi kata orang awam, yang pasti, pada jaman Nabi Muhammad saw dahulu, malam lailatul qadar turun pada malam ganjil sejak hilal terlihat pada awal Ramadhan :)

Sunday, October 07, 2007

Kriteria Imkanur Rukyah

Imkanur rukyah adalah salah satu kriteria penentuan awal bulan qamariyah, penanggalan berdasarkan peredaran bulan, berdasarkan metode hisab. Imkanur rukyah artinya keboleh-nampakan, yaitu kondisi di mana berdasarkan hisab, hilal sudah memungkinkan untuk dilihat.

Syarat-syarat penentuan awal bulan dengan imkanur rukyah adalah sebagai berikut:
  1. Ijtimak atau konjungsi (conjunction) terjadi sebelum matahari terbenam. *)
  2. Umur hilal (bulan baru) pada saat matahari terbenam telah lebih dari 8 jam sejak ijtimak.
  3. Ketinggian bulan di atas ufuk, saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan qamariyah, tidak kurang dari 2° dan jarak lengkung (bulan-matahari) tidak kurang dari 3°.
*) Ijtimak atau konjungsi (conjuction) adalah kondisi di mana posisi bulan dan matahari berada pada satu garis bujur dilihat dari posisi di bumi. Jika terjadi sebelum matahari terbenam (maghrib) disebut sebagai ijtimak qablal ghurub.



Di Indonesia, kriteria ini digunakan oleh Persatuan Islam (Persis). Dengan kriteria yang mirip, cara ini digunakan oleh Prof Said Jenie, kepala BPPT yang sekarang (lihat tulisan sebelum ini). Cara ini juga digunakan oleh pemerintah Malaysia.

Adapun cara lain metode hisab dalam menentukan awal bulan qamariyah adalah dengan kriteria wujudul hilal. Di Indonesia, ini adalah cara yang digunakan oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan qamariyah, termasuk dalam menentukan awal Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijjah.

Syarat-syarat penentuan awal bulan dengan kriteria wujudul hilal adalah sebagai berikut:
  1. Ijtimak atau konjungsi (conjunction) terjadi sebelum matahari terbenam.
  2. Posisi hilal (bulan baru) pada saat matahari terbenam sudah di atas ufuk, berapapun tingginya, asal lebih besar dari pada NOL derajat.


Saturday, October 06, 2007

Hisab dan Rukyah

Melihat maraknya diskusi di banyak milis mengenai perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal di Indonesia, yang terjadi hampir setiap tahun, saya ingin meringkas permasalahan dan perbedaan pandangan yang ada.
  • Penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal dapat dilakukan (i) dengan cara perhitungan (hisab) atau (ii) dengan cara melihat hilal (rukyatul hilal atau biasa disebut rukyah saja).
  • Pihak yang berpedoman pada rukyah berpendapat bahwa, cara ini lebih sesuai dengan sunnah karena Nabi saw menganjurkan untuk memulai dan mengakhiri puasa karena "melihat hilal" sebagai sabdanya yang terkenal itu. Sementara, pihak yang menggunakan metode hisab berpendapat bahwa, --ringkasnya-- Islam tidak membatasi penentuan awal Ramadhan dengan melihat hilal secara kasat mata, tetapi dapat dilakukan melalui perhitungan karena Allah sudah berfirman bahwa peredaran bulan dan matahari mengikuti suatu ketetapan yang tidak berubah-ubah.
  • Perbedaan pendapat sebenarnya tidak terjadi antara hisab versus rukyah saja, tetapi juga sesama hisab maupun sesama rukyah; (i) perbedaan sesama hisab karena adanya perbedaan kriteria, (ii) sementara perbedaan sesama rukyah bisa karena peralatan yang digunakan; ada yang berpendapat harus dengan mata manusia sebagaimana sabda Nabi saw secara letterlijk, ada juga yang berpendapat bisa dilihat dengan peralatan modern seperti teropong bintang.
  • Perbedaan sesama hisab, misalnya, terjadi antara Muhammadiyah dan Persis. Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal, keadaan di mana posisi bulan sudah berada atas di ufuk, berapapun ketinggiannya. Sementara Persis menggunakan ketentuan imkanur rukyah, di mana ketinggian bulan minimal 2° di atas ufuk.
  • Perbedaan antara Muhammadiyah dan Persis terjadi pada tahun ini. Sesuai perhitungan (hisab), pada tanggal 29 Ramadhan pukul 12 siang telah terjadi ijtimak atau konjungsi (salah satu syarat astronomis untuk terjadinya bulan baru qamariyah, di mana posisi bulan dan matahari berada pada satu garis bujur dilihat dari posisi bumi, dan bulan berada pada posisi yang lebih dekat kepada matahari), dan ketinggian bulan di atas kota Yogya adalah 0,45° pada saat matahari terbenam.
  • Menurut Muhammadiyah, karena bulan sudah di atas ufuk meski hanya sebesar 0,45°, maka besoknya sudah bisa dihitung sebagai bulan baru, oleh karena itu Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal pada 12 Oktober 2007. Sedang menurut Persis, karena ketinggian bulan kurang dari 2°, maka besoknya belum dianggap memasuki bulan baru, oleh karenanya Persis memutuskan 1 Syawal jatuh pada tanggal 13 Oktober.
  • Di luar Muhammadiyah dan Persis, ada juga pendapat lepas dari para pakar. Misalnya pendapat Prof. Ir. Said Jenie, ScD, Kepala BPPT, seorang doktor yang menggeluti astrodynamic. Ia mengajukan syarat-syarat terjadinya bulan baru, yaitu:
  1. tinggi bulan > 2°,
  2. luas hilal > 1.5 %,
  3. separasi dg matahari > 10° dan
  4. umur hilal sejak ijtima' > 7 jam.
  • Dengan syarat itu, Prof Said Jenie berpendapat bahwa 1 Syawal jatuh pada tanggal 13 Oktober karena pada tanggal 29 Ramadhan atau 11 Oktober kondisi bulan adalah sebagai berikut:
  1. Tinggi bulan rata-rata 0 derajat 16 mnt s/d 1 derajat 05 menit,
  2. Luas hilal 0.16% -0.35%, hampir tak mungkin kelihatan,
  3. Separasi dg matahari cuma 5°, sehingga kecerlangan langit menghalangi kontrasnya bulan.
  4. Umur sejak terjadi ijtima' baru 5 jam.
  • Saya pribadi berpendapat, setelah mengikuti diskusi ini selama bertahun-tahun dan mempelajari berbagai pendapat yang ada, pendapat Prof Said Jenie dan Persis lebih bisa diterima akal saya, jika kita berpikir dalam kerangka hisab dan rukyah sekaligus.
  • Melihat hilal memang tidak harus diartikan secara letterlijk. Karena posisi bulan dan matahari yang sudah pasti --sebagaimana disebut Al-Quran-- maka posisi masing-masing benda langit tersebut juga bisa dihitung dengan ilmu hisab. Sementara itu, secara astronomis kita juga bisa menentukan kriteria benda-benda angkasa yang dapat terlihat dan secara fisika kita bisa menentukan definisi benda terlihat. Dengan ketentuan saintifik seperti itu, kita bisa menentukan kapan bulan terlihat tanpa harus melihatnya dengan mata kita. Dengan kriteria-kriteria seperti diajukan Prof Said Jenie, jika kondisinya terpenuhi, kita sudah bisa langsung memutuskan pergantian bulan tanpa perlu melihat hilal.
  • Sementara itu, menurut seorang pakar fisika dari ITS menjelaskan, ketentuan yang digunakan oleh Muhammadiyah lebih bisa dipertanggungjawabkan karena kriteria bulan terlihat, apakah itu 2°, 5°, 7°, atau 9°, tidak ilmiah. Maka, paling aman bagi Muhammadiyah adalah menggunakan titik NOL sebagai acuan untuk penentuan awal bulan baru. Sayangnya, dia tidak mau menjelaskan di mana ketidak-ilmiah-an pendapat bahwa hilal pada ketinggian 2°, 5°, 7°, atau 9° bisa dilihat.
  • Di luar ketentuan teknis tersebut di atas, ada juga perbedaan pendapat, siapa yang berhak menentukan awal dan akhir Ramadhan? Orang-orang salafi mengatakan hanya pemerintah yang berhak menentukan. Mereka yang berharap pada kesatuan ummat Islam dalam merayakan idul Fitri juga menghendaki adanya otoritas pemerintah dalam menentukan hari tersebut. MUI juga pernah mengeluarkan fatwa, yaitu fatwa no 2/2004 yang isinya mewajibkan kepada ummat Islam di Indonesia mengikuti keputusan pemerintah dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Namun demikian, ada juga pihak-pihak yang berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu campur tangan dalam urusan ibadah warganya. Campur tangan pemerintah bisa juga dilihat sebagai upaya yang bertentangan dengan cita-cita negara sekuler Indonesia.
  • Jadi? Jangan berharap pada pemerintah atau ormas Islam, silahkan Anda memutuskan sendiri. Indonesia adalah negara merdeka. Anda pun bebas menentukan kapan lebaran Anda. Dengan informasi yang saya ringkas di atas, mudah-mudahan Anda yang membaca artikel ini bisa menentukan lebaran mana yang akan dinikmati.
  • Cheers :) :)

Thursday, October 04, 2007

Khatam Al-Quran

Minggu (30/9) malam, bertepatan dengan 19 Ramadhan, alhamdulillah, aku berhasil khataman al-Quran yang pertama.

Khatam, bahasa Arab, artinya penutup, akhir dari sebuah rangkaian. Berbeda dengan kata khalas, yang artinya selesai; dari sebuah proses. Kata khatam, misalnya, digunakan pada kata khatamun anbiya atau penutup --rangkaian-- para nabi; dimulai sejak Adam as dan diakhiri oleh Muhammad saw sebagai penutupnya. Kata ini juga bisa ditemukan pada istilah khusnul khatimah, atau akhir --kehidupan-- yang baik, atau meninggal dalam keadaan baik, bukan dalam keadaan maksiyat kepada Allah.

Bagi warga Bumiayu yang suka menggunakan istilah Arab, kata khatam digunakan juga saat sudah selesai membaca cerita silat Kho Ping Hoo yang berjilid-jilid itu. :)

Alhamdulillah, setiap bulan Ramadhan, saya bisa sekali khatam membaca al-Quran dalam bahasa Arab (tadarrus). Entah sejak SD kelas berapa aku memulainya, yang terbayang jelas dalam ingatan saya adalah al-Quran tua yang ada di rumah nenek yang dulu saya baca, saat pertama kali memulai khataman al-Quran. Sejak itu, sekali khatam membaca al-Quran di bulan Ramadhan seperti sudah menjadi kewajiban buat saya.

Akhir-akhir ini, setelah merasa semakin tua, mulai timbul keinginan atau nawaitu untuk membuatnya menjadi 2 kali khatam dalam bulan Ramadhan. Ternyata sangat berat. Setelah khatam yang pertama, rasanya seperti tidak ada semangat untuk membaca ulang. Seperti ada perasaan sudah tidak "wajib" lagi. Tetapi memang, perbuatan baik kadang harus dipaksakan, harus dilatih. Pepatah bilang: bisa karena biasa.

***
Apa sih manfaat membaca al-Quran, toh seluruh teks Arab yang dibaca tidak bisa sepenuhnya dipahami? Bagi saya pribadi, membaca al-Quran membuat jiwa saya merasa tenang. Mungkin sama dengan orang yang mendengar musik klasik, Beethoven atau Bach, yang konon bisa membuat perasaan menjadi tenang dan emosi menjadi cerdas.

Dari sekian banyak "musik", maka tadarrus, membaca al-Quran dengan nada-nada tertentu, adalah "musik" yang paling bisa membuat saya merasa tenteram. Saya membaca sendiri, membuat lagu sendiri, dan menikmati sendiri.

Menurut saya, kenikmatan mendengarkan pembacaan al-Quran sangat personal, tergantung dari pengalaman jiwa masing-masing. Kawan saya, Fadli Zon, katanya tidak suka dengan tilawatil quran-nya Muammar ZA yang meliuk-liuk itu, tetapi saya sangat suka. Sebaliknya, Fadli Zon sangat suka dengan tilawah-nya Syeikh Abdurrahman Sudais yang dari Makkah itu, tetapi saya kurang suka.

Tetapi ada satu kesamaan, ada kenikmatan yang bisa ditemukan atau diraih dari pembacaan ayat-ayat suci al-Quran, baik saat dibaca orang lain maupun saat dibaca sendiri: kenikmatan batin, ketenangan jiwa, dan ketentraman emosi.

***
Kenikmatan membaca al-Quran akan lebih mencapai puncaknya, mencapai titik optimum, ketika kelancaran membaca al-Quran diiringi nada yang enak, senandung yang mengalun sesuai dengan selera jiwa, dan pemahaman atas apa yang dibaca.

Bagi orang awam seperti kita, mungkin tidak perlu seluruh terjemahan harus dipahami. Ada beberapa tema pokok saja yang mungkin perlu dimengerti, seperti perintah shalat, puasa, zakat, infaq, sedekah kepada fakir miskin, amal shaleh, memenuhi janji, berbuat baik kepada orang tua, dan balasan-balasan atas amal manusia yang disediakan Allah.

Saat tadarrus, kita bisa menangis pada saat membaca ayat-ayat tentang balasan surga, azab neraka, atau bahkan turut bersedih karena memahami kepedihan dan ketabahan nabi Yaqub saat ditinggal nabi Yusuf anak kesayangannya.

Namun demikian, meski jika Anda tidak mengerti sama sekali arti dari ayat-ayat yang dibaca itu, saya yakin, Anda akan tetap bisa menikmatinya.

Somewhere, someplace, sometime, sepertinya kita semua pernah mendengar sebelumnya. Mungkin saat kita masih di alam langit, saat kita belum terlahir ke dunia ini. Maka, saat kita mendengarnya kembali di dunia ini, seperti ada rasa rindu yang terobati. :)

Wednesday, October 03, 2007

The Super IQ Test

Malam ini aku mengambil lagi tes IQ yang lain dari Tickle, namanya the Super IQ Test. Pada tes sebelumnya, The Classic IQ Test, saya cukup puas dengan free report, yang hanya menyampaikan ringkasan dari hasil tesnya.

Kali ini, karena penasaran, akhirnya saya rela membayar US$ 9.95 untuk membeli laporan hasil tes selengkapnya. Laporan hasil tesnya dapat dilihat pada alamat berikut:

The Super IQ Test - Tickle Personality Tests > Results

Karena saya ingin mengukur kemampuan sendiri dengan sebenar-benarnya, saya membatasi tes ini selama maksimum 1 jam; bisa tidak bisa harus diselesaikan.

Dari 54 soal, saya menjawab 48 soal dengan benar. Dari 6 jawaban yang salah, kategorinya adalah sebagai berikut:
  • 1 jawaban salah karena memang tidak tahu alias blank (soal tentang kemampuan bahasa).
  • 2 jawaban salah karena tidak paham dengan jawaban yang dimaui oleh soal tersebut.
  • 3 jawaban salah karena terjadi salah lihat akibat terburu-buru (soal-soal bergambar).
Hasilnya, score saya kali ini hanya 125. Komentarnya adalah sebagai berikut:

Fami, your IQ score is 125

Your overall intelligence quotient is the result of a scientifically-tested formula based on how many questions you answered correctly. But it's only part of what we learned about you from your answers on the test. We also determined the way you process information.

The way you think about things makes you an Intuitive Investigator. This means you have multiple talents and can do anything you set your mind to. You're able to detect numerical patterns easily and are able to grasp the true complexity of the world, both in its details and in a more abstract form. You've got a sharp logical mind and are adept at using words to get even a difficult point across. The combination of all these things makes you truly brilliant.

How did we determine that your thinking style is that of an Intuitive Investigator? When we examined your test results further, we analyzed how you scored on 8 dimensions of intelligence: spatial, organizational, abstract reasoning, logical, mechanical, verbal, visual and numerical. The 3 dimensions you scored highest on combine to make you an Intuitive Investigator. Only 6 out of 1,000 people have this rare combination of abilities.


***

Karena penasaran, berapa maksimum score yang dapat diperoleh jika seluruh jawaban yang diberikan benar, maka saya kembali menjawab soal-soal yang ada berdasarkan kunci jawaban yang ada pada laporan yang saya beli seharga US$ 9.95 itu. Ternyata, maksimum score adalah 168 dengan tipe intelektual Complex Intellectual.

Jika hanya 3 jawaban pada soal bergambar yang saya betulkan, nilainya menjadi 141 dengan tipe intelektual yang sama dengan 168, yaitu Complex Intellectual.

Saturday, September 29, 2007

Test IQ

Sabtu dini hari, saat membuka yahoo Mail, pada banner sebelah kanan ada iklan Test IQ dari sebuah situs bernama Tickle yang beralamat di http://www.tickle.com/.

Iseng-iseng aku menjawab pertanyaan yang diberikan. Setelah menjawab seluruh 40 soal yang diberikan selama sekitar 30 menit, komputer memberi jawaban atas hasil tes tersebut. Hasilnya, Score yang aku peroleh adalah 135. Berdasarkan angka tersebut my intellectual type adalah Visual Mathematician. Komentar lengkapnya:
Your Intellectual Type is Visual Mathematician. This means you are gifted at spotting patterns — both on pictures and in numbers. These talents combined with your overall high intelligence make you good at understanding the big picture, which is why people trust your instincts and turn to you for direction — especially in the workplace. And that's just some of what we know about you from your IQ results.

Saat dulu lulus SMA (1987) dan ikut tes seleksi beasiswa ke luar negeri dari BPPT, score saya konon 140. Saat tes masuk sebuah perusahaan swasta (1995), score saya malah 125. Tetapi, aku tidak pernah tahu persis makna dari angka-angka tersebut. Kata orang, angka-angka itu cukup tinggi.

Lalu aku surfing di internet, melalui google, mencari informasi tentang IQ test scores. Kemudian ditemukan sebuah situs yang memberikan informasi mengenai hal ini, namanya Audiblox dan beralamat di http://iq-test.learninginfo.org/.

Ternyata, angka yang saya peroleh masih terbilang cukup tinggi. Berikut adalah klasifikasi nilai yang tersedia:

Descriptive Classifications of Intelligence Quotients

IQ Description% of Population
130+Very superior2.2%
120-129Superior6.7%
110-119High average16.1%
90-109Average50%
80-89Low average16.1%
70-79Borderline6.7%
Below 70Extremely low2.2%

Jika hasil tes tersebut diungkap dalam percentile, maka saya berada pada percentile 99. Artinya, hasil tes saya lebih baik dari 99% populasi yang mengambil tes tersebut. Berikut daftarnya:

IQPercentile

6501
7002
7505
8009
8516
9025
9537
10050
10563
11075
11584
12091
12595
13098
13599

Meski sudah tua, sepertinya daya intelektual saya belum turun-turun amat :)

Setelah mengambil tes ini, saya jadi memikirkan kembali keinginan untuk bersekolah. Tapi pertanyaannya, masih adakah energi tersisa untuk bisa kembali bersekolah? :(

***
Sabtu siang ini, saya kembali mengulang tes tersebut dan memperbaiki jawaban tiga soal yang semalam salah menjawab karena terburu-buru, yaitu:
  1. Kata ANLDEGN jika direkonstruksi adalah nama sebuah: a. ocean b. country c. state d. city e. animal
  2. Yang tidak sejenis adalah: a. horse b. kangaroo c. goat d. deer e. donkey
  3. Yang tidak sejenis adalah: a. plum b. grape c. apricot d. peach d. cherry
Hasilnya, score naik menjadi 136 dengan intelectual type Visionary Philosopher. Komentar lengkapnya:

Your Intellectual Type is Visionary Philosopher. This means you are highly intelligent and have a powerful mix of skills and insight that can be applied in a variety of different ways. Like Plato, your exceptional math and verbal skills make you very adept at explaining things to others — and at anticipating and predicting patterns. And that's just some of what we know about you from your IQ results.

***

Di atas semua cerita tersebut, ini hanya sekedar permainan. Just for fun! Don't take it seriously :)

Friday, September 28, 2007

Kepercayaan Berbasis Tipuan

Khotbah Jum'at hari ini di masjid Nashrunminallah Jl. Kalibata Utara I tentang Nuzul al-Quran. Kebetulan, hari ini adalah puasa Ramadhan yang ke-16, dan nanti malam adalah malam Nuzul al-Quran, tanggal 17 Ramadhan.

Saya cukup risau dengan materi yang disampaikan menyangkut pengetahuan umum tentang Al-Quran yang sebenarnya keliru dan tanda-tanda malam lailatul qadar yang tidak bisa dicek kebenarannya. Kita sepertinya diminta untuk mempercayai kehebatan Al-Quran tetapi dengan argumen yang keliru, dengan misleading informations, dengan false beliefs.

Khatib mengatakan, salah satu ciri malam lailatul qadar, adalah air laut rasanya berubah menjadi tawar. Ini informasi yang baru pertama saya terima sepanjang hayat di kandung badan. Bagi orang awam, informasi ini mungkin cukup mengagumkan dan menambah keyakinan akan kekuasaan Allah. Tetapi, bagaimana bisa kita melakukan pengujian atas informasi ini? Ini soal air laut yang asin berubah menjadi tawar, seharusnya bisa diuji kebenarannya.

Sewaktu kecil, ustad dikampung mengatakan, ciri-ciri malam lailatul qadar adalah suasana malam yang tenang, angin seolah berhenti bergerak, suasana sangat damai. Hal ini masih memungkinkan untuk diuji kebenarannya. Pada malam lailatul qadar kita bisa berjaga dari kamar kita dan mengujinya cukup dengan membuka jendela kamar.

Tetapi, siapa mau menguji air laut yang asin berubah menjadi tawar pada malam lailatul qadar? Yang pertama membuat informasi tersebut mungkin berpikir, siapa pula yang akan ke laut mencoba rasanya air laut di tengah malam di bulan Ramadhan?

Yang lebih nekad lagi, khatib mengatakan bahwa jumlah ayat Al-Quran adalah 6666. Ini memang informasi yang sudah menjadi pengetahuan umum. Ini benar-benar misleading information yang sudah menjadi false belief. Memang tidak cukup krusial tingkat kesalahannya. Tidak ada konsekuensi apapun atas kepercayaan ini.

Tetapi, jika kita luangkan sedikit waktu untuk menghitung, dengan simple mathematical operation yang bernama penjumlahan, kita akan dapati angka 6236 ayat. Memang, angka 6236 tidak menimbulkan efek kejut pada otak sebagaimana angka 6666, yang susunan angkanya cukup memukau dan sangat mudah untuk diingat.

Tetapi, di era Microsoft Excel sudah masuk ke rumah-rumah penduduk, masihkan kita akan terus menggunakan angka 6666 untuk memukau ummat Islam akan kehebatan Al-Quran?

***
Beberapa bulan lalu, sebuah email yang disebar ke mana-mana dengan subyek "The very interesting findings of the Holy Qur'an", entah dibuat oleh siapa, juga nampaknya sedang mencoba membangun false belief dengan berbagai misleading informations.

Dalam email tersebut dimuat berbagai angka-angka yang cukup memukau. Ini salah satu contohnya:

Kata laut disebut dalam Al-Quran sebanyak 32, daratan 13.
Laut + Daratan = 32 +13= 45
Laut = 32/45*100% = 71.11111111%
Daratan = 13/45*100% = 28.88888889%
Modern science has only recently proven that the water covers 71.111% of the earth, while the land covers 28.889%.

Sungguh menakjubkan! Tetapi benarkah? Saya belum mengecek jumlah kata itu karena saya tidak tahu penghitungannya menggunakan bahasa Arab atau bahasa terjemahan; bahasa non-Arab. Tetapi beberapa kata lain yang bisa dicek, semuanya palsu. Misalnya, email itu menyebut jumlah kata bulan (syahr atau month) adalah 12. Setelah saya cek, setidaknya ditemukan ada 21 kata bulan (syahr). Kekeliruan terjadi pada jumlah kata "perempuan" dan "laki-laki", jumlah kata "hari", dan jumlah kata "shalat".

***
False belief tentu saja tidak hanya ada pada ruang agama. Baru-baru ini di milis Kahmi Pro Network ada artikel yang cocok untuk contoh adanya false belief tersebut. Artikel itu mengajak kita untuk optimis dalam memandang kehidupan. Apa yang terlihat, kadang tidak seperti apa yang kita pikirkan. Email itu mengatakan:

"Jika suatu peristiwa yang negatif namun kalau kita memandang/memaknai nya sebagai hal yang positif dan kita menyikapi dengan cara yang positif maka hasilnya pun akan positif pula."

Email ini tentu saja bagus untuk meng-encourage orang agar senantiasa berperilaku positif terhadap segala hal yang menimpa kita. Sebagaimana anjuran agama, kita dianjurkan untuk senantiasa melihat hikmah (positif) di balik setiap kejadian. Dirimulah yang membuat sesuatu itu bermanfaat atau tidak.

Akan tetapi, dasar yang dibuat untuk menyimpulkan bahwa "apa yang terlihat, kadang tidak seperti apa yang kita pikirkan" menggunakan peristiwa fisika yang dimaknai secara keliru.

Artikel itu seolah memberikan gambaran, bahwa otak kita bisa bekerja di luar hukum fisika. Kalau kita mau sebuah benda berwarna hijau, meski sebenarnya benda itu berwarna pink, maka benda itu akan berwarna hijau.

Tentu saja, otak tidak bisa suka-suka memberikan warna di luar input cahaya yang masuk ke retina dan tidak bisa bekerja di luar hukum fisika, kecuali karena ketidakmampuan otak itu sendiri dalam memprosesnya, seperti terjadi pada orang yang buta warna (color deficiency).

Monday, September 24, 2007

Mimpi Bertemu Almarhum

Setelah anak-anak berangkat sekolah, seperti biasa aku kembali melanjutkan tidur. Pada hari-hari biasa (di luar Ramadhan), aku biasa tidur pada pukul 2 atau 3 dini hari, terbangun pukul 5.30 atau 6, lalu tiduran atau menyiram tanaman di halaman depan dan belakang, sambil menunggu anak-anak berangkat sekolah. Setelah anak-anak berangkat ke sekolah, baru aku melanjutkan kembali tidurnya.

Aku tidak mengidap penyakit insomnia, penyakit susah tidur. Aku hanya menggeser jadual tidur. "Berangkat kerja" alias keluar rumah selalu sesudah jam 12 siang, pulang paling cepat jam 21-an. Jaman masih muda dulu, pulang ke rumah bisa di atas jam 12 malam. Sekarang sudah agak tua dan cepat lelah, terutama 5 tahun terakhir ini, jadi pulang juga dipercepat :)

Tadi pagi, dalam tidurku, aku bertemu dengan sejumlah almarhum: Mbah Nirah, uwak Muhaimin, uwak Hayinah, dan uwak Hindun. Uwak adalah sebutan untuk pakde atau bude, biasanya digunakan oleh orang Sunda. Bumiayu, termasuk wilayah Jawa Tengah yang berdekatan dengan perbatasan Jawa Barat, memiliki beberapa kosa kata yang berasal dari bahasa Sunda.

Mimpinya cukup lucu. Aku menemui mereka dalam rangka meminta ijin untuk menyiapkan perang melawan Jepang. Ketika aku masuk rumah uwak Hayinah, yang letaknya sebelah Barat rumah Mbah Nirah, aku menemui para pakde dan bude sedang berkumpul di sana. Aku menyalami sambil mencium tangan mereka satu per satu. Sambil menangis aku memberitahu kalau aku harus pergi berperang melawan Jepang.

Sesudah menemui pakde dan bude, aku masuk ke rumah nenek yang ada di sebelah rumah uwak Hayinah. Rupanya pasukan sudah berkumpul di rumah Mbah Nirah sedang rapat persiapan perang. Lalu aku menemui Mbah Nirah, menyalami sambil mencium tangannya.

***
Saat aku menulis artikel ini, aku masih terus merenung apa makna dari mimpi tersebut. Aku orang yang rasional tetapi suka percaya dengan pesan-pesan gaib. Sesuai kisah Nabi Yusuf, bisa jadi, mimpi itu memiliki makna dan pesan untuk sebuah peristiwa yang akan terjadi.

Apakah aku sudah mendapat undangan untuk berkumpul dengan mereka? Atau ada tugas penting yang akan segera dipercayakan kepadaku?

Yang pasti, saat tulisan ini hampir selesai, istriku berteriak dari bawah, burung kenari kesayanganku ditemukan mati di dalam sangkarnya dikerubuti semut merah. Padahal, kata sopirku, Nono, tadi pagi masih hidup dan masih berkicau dengan riang.

Ya sudah, umur burung itu sudah sampai. Tidak perlu ada yang dimarahi karena lalai merawat burung itu. Kebetulan adikku yang biasa merawat burung itu tadi pagi harus pulang ke Bumiayu.

Apabila telah datang ajal menjemput, maka tidak bisa diundur barang satu detik, atau bahkan satu mili-detik, juga tidak bisa dimajukannya barang sesaat sekalipun.

Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun!

Friday, September 21, 2007

Membangun Tradisi Sedekah

Anda tentu akan bangga, ketika orang tua Anda yang sudah almarhum dipuji-puji sebagai orang yang baik oleh orang lain, dan kebaikan itu adalah sesuatu yang tidak pernah Anda ketahui sebelumnya.

Lebih 7 tahun sudah ayahku meninggalkan dunia yang fana ini. Sudah beberapa kali aku, ibuku, atau adikku, mendengar pujian terhadap kebaikan ayahku dari orang lain. Umumnya orang memuji ayahku sebagai orang yang rajin shalat dan rajin bersedekah meski hidupnya pas-pasan bahkan bisa disebut kekurangan.

Kesaksian sebagai ahli sedekah terutama datang dari beberapa tukang becak, yang mengaku kadangkala diberi uang oleh ayahku kalau mereka mengeluh belum narik atau belum mendapat penghasilan.

***
Perintah dan anjuran untuk bersedekah sebagaimana tertulis dalam Al-Quran dan as-Sunnah tidak kurang-kurang. Seperti kata Bimbo dalam lagunya, Rasul menyuruh kita mencintai anak yatim dan mengasihi orang miskin. Sementara, Al-Quran menganjurkan manusia untuk bersedekah baik di kala lapang maupun di kala sempit.

Kenapa masih banyak manusia yang enggan untuk bersedekah? Karena mereka tidak memiliki rasa simpati kepada orang-orang yang lemah. Rasa simpati kepada orang yang lemah menumbuhkan rasa untuk berbagi. Keinginan untuk berbagi memunculkan keinginan untuk bersedekah.

Keinginan saja tentu tidak cukup. Banyak gangguan menghadang pelaksanaan dari keinginan itu. Pikiran-pikiran yang dapat mengganggu niat baik itu antara lain (1) anggapan bahwa sedekah tidak mendidik; sedekah dianggap membuat orang miskin menjadi semakin malas, (2) tidak merasa cukup; berapapun uang yang ia miliki seolah masih belum cukup untuk menutupi kebutuhan hidupnya, dan (3) takut miskin; sedekah mengurangi kekayaannya.

Kadang pula ada orang yang memang ignorance. Dia sebenarnya orang baik, tetapi tidak punya perhatian secara khusus pada masalah ini. Bisa jadi karena ia tidak mengetahui keutamaan sedekah.

Tetapi, ada juga orang yang mengerti agama dan tahu pentingnya sedekah, tetapi orang tersebut sama sekali tidak memiliki rasa simpati kepada orang yang lemah, kepada saudaranya atau teman-temannya yang miskin. Itulah orang-orang bakhil, yang hatinya tidak pernah tergerak untuk membantu orang-orang yang lemah.

Secara agama, melalui puluhan ayat Al-Quran, Allah sudah menjanjikan banyak insentif bagi mereka yang mau bersedekah: dari balasan sebanyak 700 kali lipat hingga surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Secara psikologis dan medis, saya tidak tahu apakah sudah ada penelitiannya atau belum, kata Nabi saw: sedekah bisa mengobati penyakit.

Meski demikian, tetap saja masih ada orang yang tidak mau bersedekah. Menurut saya, keinginan untuk berbagi itu ibarat pisau, dan setiap manusia memiliki pisau itu. Sebagaimana pisau, ada yang tumpul, ada pula yang tajam.

Pisau bawaan manusia pada dasarnya tumpul. Al-Quran menyebut, salah satu sifat manusia adalah kikir. Untuk bisa menjadi tajam, pisau tersebut harus diasah. Tanpa diasah, pisau itu akan tetap tumpul, manusia akan tetap menjadi orang yang bakhil. Bagaimana cara mengasahnya? Harus banyak berlatih untuk membangun tradisi bersedekah.

***
Bagaimana keluargaku membangun tradisi itu? Pertama dengan menceritakan kisah-kisah kebaikan keluarga yang perlu diperlihara dan diteruskan tradisinya. Jika kita perhatikan Al-Quran, maka kisah-kisah (al-qashash) menempati ruang yang cukup banyak di sana. Kisah-kisah adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membangun karakter manusia. Melalui kisah-kisah manusia dapat mengambil pelajaran (ibrah) dan suri tauladan yang patut ditiru.

Kisah yang paling berkesan di hati saya adalah kisah kakek saya, Badri bin Abdul Gani, ketika memelihara kambing. Dulu, tahun 1950-1960-an, kakek saya memelihara kambing dalam jumlah yang cukup banyak. Caranya, ia menitipkan kambing-kambing itu kepada orang-orang desa. Itu adalah cara untuk membantu perekonomian orang-orang desa. Hingga suatu hari datang orang-orang yang dititipi kambing mengatakan bahwa kambingnya habis karena mati dan dicuri. Kata ayahku yang menceritakan hal ini, kakek saya tidak marah, bahkan kembali membelikan beberapa kambing untuk dipelihara kembali oleh mereka.

Kisah ini sungguh telah meresap begitu mendalam dalam hati saya. Sifat menolong dan pemaaf dari kakek adalah sifat yang sangat ingin saya tiru.

Kedua, pendidikan secara langsung untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang lemah. Ayahku sering menyodorkan daftar anak yang tidak mampu agar dibantu biaya sekolahnya. Padahal waktu itu, biaya tambahan dari saya untuk ayah masih belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga, tetapi ayah masih saja meminta saya untuk memperhatikan orang lain yang lebih kekurangan dari keluarga. Atau, kalau ada saudara ayah datang meminta beras karena seharian belum menanak nasi, maka beras yang ada di rumah dikasihkan kepada saudaranya tersebut, meski untuk esok hari ayah masih harus mencarinya kembali.

Dengan cara-cara itu, ayah telah mendidik kami mengenai pentingnya membantu orang-orang yang lebih lemah dari kita. Kita mungkin lemah, tetapi selalu ada orang yang jauh lebih lemah dari kita. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Lihatlah ke bawah, jangan lihat ke atas, agar kita bisa bersyukur.

Melalui dua cara itu, aku ingin membangun tradisi bersedekah dalam keluargaku sendiri. Dengan dibantu istriku, yang juga memiliki perhatian kepada orang miskin, insya Allah aku bisa meneruskan tradisi keluarga yang baik ini. Semoga!

Tuesday, September 18, 2007

Main Saham

Berulang kali, sahabat saya, Lalu Mara Satriawangsa, mengajak untuk bermain saham. Dia menawarkan diri untuk memutar uang saya di pasar saham yang menjadi keahliannya.

Sebagai orang yang pernah jatuh di pasar saham hingga hampir membangkrutkan dirinya secara total, ia menjadi seorang pemain saham yang sangat hati-hati. Tiga empat tahun terakhir ini ia mulai memetik hasil yang bagus. Asetnya sudah kembali pulih, bahkan mungkin bertambah berkali-kali lipat dalam 3 tahun terakhir ini.

Ia berbaik hati menawarkan keahliannya itu untuk berbagi sukses. Namun demikian, bayang-bayang permainan kawannya yang meludeskan uang saya di pasar saham dua tahun lalu hingga Rp 400 juta, masih belum bisa hilang. Dari uang Rp 600 juta yang saya titipkan kepada kawannya, selama enam bulan hampir saja ludes semuanya kalau saja saya tidak mengintervensi, hingga tersisa Rp 200 jutaan yang bisa diselamatkan.

Saat itu memang saya sedikit terbuai dengan rayuan kawannya. Dalam kondisi Lalu Mara sedang sakit, sedang menjalani operasi di rumah sakit, dia meminta saya menempatkan sejumlah uang untuk dibelikan saham-saham yang katanya bakal naik 2-3 kali lipat dalam beberapa bulan ke depan. Tanpa konsultasi dengan Lalu Mara, saya langsung menyetujuinya. Akibatnya fatal. Kawan yang satu ini ternyata tidak sehati-hati dan sepandai Lalu Mara. Uang itu bukannya dibelikan saham yang dia janjikan, tetapi dia putar untuk membeli saham-saham lainnya. Akibatnya ya itu tadi, uang saya hampir Rp 400 juta hilang tanpa bekas.

Sejak itu, sepertinya saya tidak ingin lagi menempatkan dana saya untuk diputar di pasar saham. Di samping cadangan uang saya tidak lagi sebanyak dua tahun yang lalu, belakangan saya berpikir bahwa permainan di pasar saham adalah permainan ribawi (mengandung unsur riba) dan sedikit berbau perjudian. Lalu Mara sendiri mengatakan permainan tersebut sebagai "perampokan yang dilegalkan", meski kita juga mengenal saham-saham syariah.

Tetapi, melihat Lalu Mara yang sudah menambah dua buah rumah senilai lebih dari Rp 2,5 miliar dalam 3 tahun terakhir ini, rasanya ingin juga menempatkan dana saya untuk diputar di pasar saham.

Wednesday, September 12, 2007

Get a Fork!

Kalau lagi melihat garpu, kadang aku teringat pada kejadian yang sangat memalukan. Peristiwanya terjadi pada tahun pertamaku di Amerika Serikat, 1989, saat bekerja di restoran kampus yang dikelola oleh Student Union Memorial Center, the University of Arizona, Tucson, Arizona.

Restoran tersebut tidak melayani mahasiswa secara umum, seperti restoran-restoran yang ada di lantai 1 gedung Students Union Memorial Center, tetapi khusus melayani pesta-pesta, terutama lunch dan dinner, yang menggunakan auditorium gedung Students Union, atau melayani tamu-tamu di ruang VIP stadion bola basket dan football milik kampus.

Saya bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Sebagai karyasiswa, saya mendapat kiriman biaya hidup dari negara sebesar US$ 550 setiap bulannya, di luar biaya buku sebesar US$ 150 per semester. Uang kiriman biaya hidup bisa dibilang cukup, kecuali uang buku yang dirasa terlalu kecil.

Jika harga sebuah textbook sekitar US$ 50, dan satu semester kita mengambil 6 mata pelajaran, maka sudah US$ 300 sendiri kebutuhan untuk membeli buku setiap semesternya. Belum lagi kalau harus mengambil sejumlah mata kuliah pada semester tambahan di luar semester reguler (Fall dan Spring Semester), yaitu semester musim panas (Summer Semester) serta semeser musim dingin (Winter Semester).

Maka aku merasa harus bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan, terutama untuk menutup biaya telepon yang sering membengkak kalau lagi rajin telepon sang pacar di tanah air :) dan kiriman tambahan buat orang tua di Bumiayu.

Karena bahasa Inggrisku untuk percakapan tidak terlalu bagus, dan Social Security Number (SSN) yang aku miliki tercantum not valid for employment, aku memilih pekerjaan kasar yang hanya diminati oleh warga asing, terutama Asia dan Amerika Latin. Pekerjaan itu adanya di restoran kampus, dan hanya dibuka pada semester reguler. Teman-teman kerjaku kebanyakan dari Singapura, China, Pakistan, Meksiko, dan Venezuela.

Hasil dari bekerja di restoran cukup lumayan. Dengan minimum wage (upah minimum) saat itu sebesar US$ 4.25 per jam dan setiap event biasanya membutuhkan waktu 6 jam, saya bisa mendapatkan US$ 25 per event. Jika per minggu ada 4 event (saya memilih bekerja untuk melayani dinner agar tidak mengganggu jam kuliah) maka saya bisa mendapatkan US$ 200 setiap hari pembayaran (2 minggu sekali).

Supervisorku di restoran itu adalah seorang wanita tua berambut putih, setinggi kurang lebih 155 cm. Mungkin ia keturunan Amerika Latin. Orangnya sangat baik kepadaku. Aku memanggilnya Opal.

Opal adalah supervisor bidang penyelenggaraan kegiatan (event supervisor), yang tugasnya meliputi pekerjaan menyiapkan dan menata meja, menghidangkan makanan, standby di tengah pesta untuk melayani kebutuhan minuman para tamu, hingga mencuci bersih semua peralatan yang digunakan dalam pesta dari piring, sendok, garpu, hingga tempat-tempat makanan lainnya.

Suatu hari, atasan Opal, lelaki tinggi kurus berkumis tebal, datang meninjau ke dapur, mengawasi secara langsung bagaimana kami bekerja menyiapkan sebuah pesta. Tiba-tiba saja pas aku lewat di depannya, ia memanggilku. "What is your name?" ia bertanya kepadaku. "My name is Fami, Sir", jawabku. "Get a fork for me!" pintanya. Sejenak aku bingung, karena bule itu ngomongnya sangat cepat. Aku langsung berpikir, apakah dia menyebut pork? Emangnye orang Sunda menyebut "f" dengan "p"? Atau dia menyebut fox? Apakah ada nama sebuah peralatan dapur yang bunyinya mirip-mirip itu dan saya belum tahu? Gobloknya, saya tidak bisa menduga bahwa dia minta sebuah fork, sebuah garpu :)

Saat berlari ke rak, aku sambil berpikir bertanya pada diriku sendiri, tuh bule minta apa yah kira-kira. Saat saya masih bengong, dia mengulangi permintaannya dengan nada yang cukup tinggi. Saya beranikan diri bertanya, apa yang dia minta. Sambil membentak dan mengeja, dia mengulangi, "get a fork!" Kali ini aku mendengar, kata terakhir yang ia ucapkan seperti berakhiran "g", sejenis fog atau forge. Aku makin bingung.

Bule itu langsung meledak kemarahannya. "Do you speak english!? How can you work here!?" bentaknya. Opal yang melihat aku dibentak-bentak langsung mendekatiku dan menuntunku menuju rak peralatan dapur. Ia mengambilkan garpu dan berkata dengan lembut kepadaku, "he needs this fork, Fami." Dengan wajah yang sangat malu aku menyerahkan benda itu kepada manajer itu. Setelah menerima garpu tadi, iapun langsung pergi sambil ngomel-ngomel.

***
Saat kembali ke apartemen dan saya ceritakan kepada kawan-kawan, mereka semua tertawa. Untuk pelajaran yang oleh orang bule dianggap berat, seperti matematika, fisika, dan kimia, boleh jadi saya mendapatkan A atau B. Bahkan untuk matematika, seringkali dapat 100 kalau lagi ulangan. Tapi, saya dibentak-bentak orang untuk urusan sepele, hanya gara-gara kata fork.