Tuesday, February 27, 2007

Kekuatan Kecerdasan

Ketika SD dulu, banyak dari kita mungkin pernah dikenalkan pada motto Vini Vidi Vici (Terkuat, Tercepat, Juara). Motto ini cocok, tentu saja, untuk sebuah perlombaan olahraga yang mengandalkan otot. Tapi dalam perlombaan yang memerlukan otak, seperti persaingan kehidupan antar individu, antar kelompok, atau antar negara, motto yang lebih tepat adalah:

The strong takes from the weak. But the smart takes from the strong.
Yang kuat mengambil dari yang lemah. Tetapi yang cerdas mengambil dari yang kuat.

Saya jadi teringat dengan ucapan mendiang Jenderal LB Moerdani dalam sebuah wawancara di sebuah majalah. Ketika ditanya kegagalan dirinya menjadi calon presiden, padahal saat itu dia adalah orang yang sangat berkuasa sesudah Presiden Soeharto, dia menjawab, justru dia lebih suka memiliki kekuasaan yang luas di bawah Presiden Soeharto. Dalam kalimat pendek dia bertanya balik:

Jika bisa berkuasa tanpa harus bertanggungjawab (kepada rakyat/MPR maksudnya), kenapa tidak?

Sejak membaca kalimat itu sampai sekarang, mungkin sudah lebih dari 10 tahun, masih saja saya teringat. Ini adalah kalimat yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan. Kalimat itu menunjukkan pilihan hidup seseorang yang sangat cerdas. Presiden Soeharto boleh jadi berkuasa dan menjadi orang terkuat, tetapi LB Moerdani, orang yang pernah sangat saya benci ketika dulu menjadi aktifis, menunjukkan dirinya sebagai orang yang lebih cerdas.

Maaf, berbeda dengan tokoh idolaku, Amien Rais, yang berusaha menjadi orang terkuat di Republik ini tetapi selalu gagal. Padahal, kalau ia cerdas, mestinya ia bisa menjadi penguasa tanpa harus memegang puncak kekuasaan secara formal. Sayangnya, ia hanyalah seseorang yang pintar (clever but not smart) dan berani, tidak lebih dari itu :) :)
***

Dalam novel Brothers in Arms: the Raistlin Chronicles, Volume Two, Master Horkin memberi sebuah pelajaran berharga kepada penyihir (wizard) muda, Raistlin Majere, yang angkuh karena baru saja lulus dari the Test of the Tower of High Sorcery, satu-satunya ujian bagi para wizard untuk dapat mengenakan jubah kebesaran mereka secara sah: putih, hitam, atau merah, sesuai hasil kelulusan testnya. Raistlin menolak berada di bawah komando Master Horkin dalam Resimen Penyihir Langtree, karena Master Horkin bukanlah lulusan the Tower of High Sorcery, terlihat dari jubahnya yang berwarna coklat. Mungkin saja Master Horkin tidak lulus atau bahkan tidak pernah ikut test karena takut kehilangan nyawa dalam test yang taruhannya memang nyawa calon penyihir itu sendiri.

Ketika akhirnya Raistlin bersedia tunduk di bawah komando Master Horkin karena terpaksa, dalam sebuah dialog Raistlin bertanya, berapa jumlah penyihir yang pernah dimiliki resimen Langtree di bawah komando Mad Baron. Horkin menjawab ada 6 orang, dan tinggal dirinya yang masih hidup, meski dirinya adalah wizard dengan skill dan order yang terendah, sedang lainnya bahkan ada yang lulusan the Test of the Tower of High Sorcery. Sisanya sudah tewas dalam pertempuran. "Apa yang terjadi pada penyihir yang lain?" tanya Raistlin suatu saat. Dalam kesempatan lain, sesudah memberikan training yang sangat berharga kepada Raistlin bagaimana seorang wizard menghadapi pertempuran yang sesungguhnya, Horkin menjawab, "I'm not the last surviving mage in this god-forsaken regiment because I was the best. Just (because I was) the smartest!" (hal 154).
***
Mungkin, teori survival of the fittest hanya berlaku pada binatang dan other creatures yang tidak berotak. Sedang untuk human race, lebih kepada survival of the smartest.

Saturday, February 24, 2007

Fasilitas Indeks Al-Quran

Awal Maret layanan sms Indeks Al-Quran Insya Allah sudah diluncurkan. Layanan ini bisa diakses dari Indosat dan Telkomsel, dengan nomor kode layanan 3689. Fasilitas yang akan diberikan adalah:

***
Pertama, layanan permintaan informasi, yang meliputi:

Mencari daftar ayat AQ sesuai kata kunci:
Ketik IQ SHALAT SABAR -->kirim ke 3689, maka balasan sms yang akan didapat adalah:
2:45, 2:153, 2:177, 13:22, 20:132, 22:35, 31:17

Mencari isi ayat AQ:
Ketik IQ 2:45 -->kirim ke 3689, maka balasan sms yang akan didapat adalah:
(QS Al-Baqarah:45) Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yg demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang2 yg khusyu',

Mencari isi footnote (tafsir):
Ketik IQ 728 -->kirim ke 3689, maka balasan sms yang akan didapat adalah:
[728] Demikian cepatnya mereka dihancurkan oleh guntur itu, sehingga mereka hancur lebur oleh guntur itu, tanpa bekas, seolah-olah mereka tidak pernah ada.

Fasilitas tersebut dapat digunakan jika Anda sudah terdaftar dalam database Indeks Al-Quran tentunya. Bagaimana mendaftarnya? Ketik <REG IQ INDEKS> dan kirim ke 3689.

***
Kedua, berlangganan ayat Al-Quran tematis.

Indeks Al-Quran memberikan layanan berlangganan ayat Al-Quran secara tematis yang disusun oleh tim redaksi Indeks Al-Quran. Tema-tema yang ditawarkan meliputi tauhid, akhlaq, ibadah, dan muamalah. Paket langganan yang diberikan adalah:

REG IQ LENGKAP untuk berlangganan 365 ayat pilihan yang disusun berdasarkan tema-tema tersebut di atas, untuk berlangganan selama 365 hari.
REG IQ TAUHID untuk berlangganan 45 ayat pilihan tentang tauhid selama 45 hari.
REG IQ AKHLAQ untuk berlangganan 56 ayat pilihan tentang akhlaq selama 56 hari.
REG IQ IBADAH 54 untuk berlangganan ayat pilihan tentang ibadah selama 54 hari.
REG IQ SEDEKAH untuk berlangganan 41 ayat pilihan tentang sedekah selama 41 hari.
REG IQ TAUBAT untuk berlangganan 30 ayat pilihan tentang taubat selama 30 hari.
REG IQ DOA untuk berlangganan 48 ayat pilihan tentang doa selama 48 hari.

Selain materi yang sudah disiapkan tersebut di atas, masih sedang disusun materi lainnya yang menurut masukan dari beberaoa pihak cukup dibutuhkan oleh warga kota-kota besar yang membutuhkan kemudahan untuk mengakses dan mendapatkan informasi agama.

%%%

Thursday, February 22, 2007

Indeks Al-Quran

Setelah berhari-hari lembur selama hampir 3 minggu, akhirnya selesai juga persiapan materi Indeks Al-Quran. Seluruhnya ada 11 file yang harus saya persiapkan:
  • Pengetikan ulang Terjemahan Al-Quran Departemen Agama dan penomorannya yang disesuaikan dengan format mesin pencari (search engine).
  • Daftar catatat kaki (footnote) sesuai buku Terjemahan Al-Quran Departemen Agama dan penomorannya yang disesuaikan dengan format mesin pencari (search engine).
  • Daftar surat Al-Quran.
  • Daftar ayat pilihan untuk seluruh tema: tauhid, akhlaq, ibadah, dan muamalah, yang dipilih sebanyak 365 ayat untuk 365 hari (1 tahun).
  • Daftar ayat pilihan untuk tema tauhid.
  • Daftar ayat pilihan untuk tema akhlaq.
  • Daftar ayat pilihan untuk tema ibadah.
  • Daftar ayat pilihan untuk tema sedekah.
  • Daftar ayat pilihan untuk tema taubat.
  • Daftar ayat pilihan untuk tema doa.
  • Ketentuan dan peraturan-peraturan layanan sms Indeks Al-Quran yang akan digunakan sebagai bahan untuk membuat search engine.
Bahan-bahan tersebut sudah saya kirim ke Ivan, kawanku yang bergerak di bisnis Content Provider untuk Telkomsel dan Indosat. Rencananya bahan tersebut akan digunakan sebagai bahan layanan sms Indeks Al-Quran di dua operator telepon selular tersebut.

Sebagai pemilik gagasan dan penyusun bahan-bahan, saya berhak mendapatkan 60% dari penghasilan, dengan kewajiban tambahan saya harus menyediakan biaya untuk promosi. Ivan dan perusahaannya mendapat 40% dengan kewajiban menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan, mulai dari nomor akses layanan, membuat search engine, menyediakan server, perawatan dan pengelolaan programnya, hingga biaya entertainment buat kawan-kawan dari operator telepon selular tersebut.

Menurut masukan dari seorang kawan, angka 40% untuk Ivan terlalu besar. Jika ide dan biaya promosi semua dari saya, maka saya hanya cukup memberi maksimum 10% kepada perusahaan yang menyediakan fasilitas nomor akses layanan; dengan asumsi biaya pembelian server tidaklah seberapa. Akan tetapi, karena dasar dari kerjasama ini awalnya lebih menekankan pada pertemanan, sekali lagi pertemanan, yaitu untuk mencari peluang usaha secara bersama-sama, dan saya juga tidak terlalu ingin menguasai sebanyak mungkin sahamnya, maka saya putuskan untuk tetap bersama Ivan.

Bahkan dari 60% yang saya miliki, saya ingin membagi kepada kawan-kawan yang tertarik dan bersedia untuk melakukan investasi. Bisa saja saya menyediakan Rp 400 juta dari kantong sendiri untuk biaya promosi, dan saya yakin akan kembali karena bisnis ini cukup menjanjikan, terutama jika melihat omset layanan sms dari Al-Quran Cellular yang omsetnya di Telkomsel saja mencapai Rp 20 miliar per bulan. Di samping saya ingin berbagi, frankly speaking, kalau tidak terpaksa saya tidak ingin keluar uang di awal, selain skill dan kreatifitas saya :). Dan… dengan memiliki 20% saham saja, saya merasa sudah lebih dari cukup.

Untuk biaya promosi, alhamdulillah, sudah ada dana Rp 200.000.000 dari Mas Chaizi, yang memaksa agar peluang ini harus diberikan kepadanya terlebih dulu. Saya masih menunggu konfirmasi dari seorang lagi yang mungkin bersedia untuk investasi dalam proyek ini dengan jumlah yang sama. Untuk biaya promosi besar-besaran, terutama melalui media televisi sebagaimana banyak dilakukan oleh content provider lainnya, tentu saja membutuhkan biaya promosi yang jauh lebih besar lagi. Untuk itu, saya harus pandai-pandai menyiasati dana yang tersedia agar promosi yang akan diselenggarakan bisa tepat sasaran.

Ada tersisa 20% saham masih saya simpan untuk keperluan yang lain, di antaranya jika kelak diputuskan untuk bekerjasama dengan seorang pakar Al-Quran, seperti Prof Dr Quraish Shihab, atau bekerjasama dengan Dewan Masjid Indonesia, atau lembaga Islam lainnya, untuk memperkuat branding layanan.

Thursday, February 08, 2007

Malu Memakai Sarung?

Jum’at, 2/2/07, sekitar pukul 7 malam istriku mengajak pergi menemani belanja ke Giant, hypermarket yang ada di Kalibata Mall. Istriku bilang, ”Gak usah ganti pakaian deh, biar cepet.. Pakai sarung juga gak apa-apa.”

Kalau di rumah, aku suka memakai sarung tenun katun yang biasa disebut di kampungku sebagai sarung kabel. Sedang orang Tegal bilang, sarung toldem yang kepanjangannya (maaf) ”xxxtol adem”. Selain di daerah yang memproduksi, sekitar Brebes, Tegal, Pemalang, sarung ini memang susah dicari. Orientasi produksi sarung ini adalah ekspor ke Timur Tengah. Di Indonesia pun, pengguna sarung ini kebanyakan orang Arab.

Dibanding sarung tenun semacam Atlas atau Gajah Duduk, harganya relatif mahal, antara 100 hingga 200 ribu di tempat produksinya. Kalau sudah masuk Jakarta, bisa mencapai 300 ribu (Tanah Abang) bahkan mencapai 700 ribu (Pasaraya Manggarai). Satu kali pernah saya membeli di Pasaraya Manggarai dengan harga tersebut. Ketika pulang kampung, aku beli merk yang sama dengan harga hanya 150 ribu di tempat produksinya.

Sarung dan kaos adalah seragamku sehari-hari di rumah, termasuk pada saat tidur. Kalau keluar rumah, jalan-jalan pagi seputar kampung di Kalibata, mencari makanan bersama keluarga seperti sop Irwan di Melawai atau nasi goreng kambing di Kebon Sirih, atau bahkan belanja ke Hero Kalibata Mall, aku suka tetap memakai sarung. Istri dan dua anakku yang pertama tidak pernah mempermasalahkan karena setiap hari sudah terbiasa melihat aku memakai sarung di rumah.

Tapi malam itu, anakku yang terkecil, Raisa, yang sudah berumur 31 bulan dan lancar berbicara, langsung protes. ”Papa tidak boleh memakai sarung, Raisa malu,” begitu katanya. Kaget juga aku. ”Kok malu, kenapa?” tanyaku padanya. Dia lalu menjawab pokoknya malu dan aku harus memakai pakaian ”keluar”, pakaian yang biasa aku pakai kalau mau keluar rumah untuk bekerja; celana panjang dengan baju lengan pendek atau celana panjang dengan kaos berkerah atau tanpa kerah.

Aku sungguh heran... Aku jadi ingat, dulu tahun 1987, tahun pertama memasuki Jakarta, setiap pulang kursus di BPPT malamnya aku selalu pakai sarung. Ketika jalan-jalan keluar rumah memakai sarung, sepupuku bilang kalau ke luar rumah jangan pakai sarung, malu katanya.

Sebagai orang yang sejak kecil dibesarkan di daerah yang terbiasa memakai sarung, sampai sekarang masih heran dan tidak bisa memahami kenapa ada orang merasa malu keluar rumah memakai sarung. Apakah ini budaya orang kota? Menurutku, memakai sarung jauh lebih sopan dibanding memakai celana pendek, yang biasa dipakai anak-anak Ibukota kalau jalan-jalan atau nongkrong di seputar rumah. Lagipula, sarung yang aku pakai sarung yang harganya bisa untuk membeli 3 hingga 5 celana pendek itu. Mungkin memakai sarung, biarpun mahal, dianggap udik atau kampungan.

Padahal, memakai sarung itu sangat nikmat, perasaan menjadi santai, hidup terasa simpel dan merdeka: tidak dijajah oleh budaya orang kota :)