Tuesday, October 16, 2007

Hisab

Apakah pada jaman nabi Muhammad hidup belum ada metode hisab untuk menentukan bulan baru qamariyah? Jawabannya sederhana: sudah ada.

Bangsa Yahudi membuat kalendernya, lunar calendar, dengan mengadopsi tradisi bangsa Babylonia. Bangsa Babylonia sendiri meneruskan cara-cara pembuatan kalendernya dari bangsa Sumeria yang hidup jauh sebelum itu (ribuan tahun sebelum Masehi).

Bangsa Yahudi menggunakan dua metode utama dalam menyusun kalendernya. Pertama, kombinasi rukyatul hilal (didukung oleh 2 saksi) dan hisab (dilakukan oleh the Supreme Jewish Court) untuk menentukan awal bulan baru. Hasil rukyah harus diverifikasi dengan hasil perhitungan. Pembuatan kalender dengan cara ini sudah dilakukan sejak tahun 70.

Kedua, "modern" form, bangsa Yahudi sepenuhnya menggunakan perhitungan (a fixed arithmatics) dalam menyusun lunar calendar mereka. Kalender modern ini --juga mengadopsi aturan aritmatika bangsa Babylonia dalam menyusun kalendernya-- digunakan oleh bangsa Yahudi secara rahasia sejak abad ke-4 M, atau menurut Al-Khawarizmi, sepenuhnya menggunakan aturan modern pada abad ke-9. (Lihat Hebrew Calendar pada ensiklopedia Wikipedia atau Babylonians Calendar pada ensiklopedia Britannica).

Hitungan mereka menjadi rumit karena harus menyesuaikan kalendernya dengan gregorian calendar. Pada periode tertentu, mereka, baik bangsa Yahudi maupun Babylonia, dengan caranya masing-masing harus menambah hari agar selisih lunar calendar (354 hari) dengan gregorian calendar (365 hari) bisa tertutupi.

Ketika Al-Quran diturunkan pada abad ke-7 Masehi, bangsa Yahudi saat itu sudah menggunakan metode hisab “modern”. Bahkan, ratusan tahun sebelumnya, metode aritmatika dalam menyusun kalender sudah digunakan oleh bangsa Babylonia. Dengan fakta itu, pilihan nabi Muhammad saw atau Al-Quran pada metode visibility of the new crescent moon meninggalkan banyak pertanyaan bagi saya.

Kenapa Al-Quran lebih menggarisbawahi hilal (QS 2:189), sebagai tanda-tanda yang dipergunakan untuk menyusun kalender, terutama berkaitan dengan kalender kegiatan keagamaan? Apakah karena bangsa Arab adalah bangsa yang bodoh (ummi) sehingga hanya diperkenalkan pada metode sederhana ini?

Atau, apakah karena bangsa Arab hanya mengenal visibility of the new crescent moon dan tidak mengenal fixed arithmatics untuk membuat kalender, lantas tidak ada yang bertanya kepada nabi Muhammad saw tentang aritmatika penyusunan kalender?

Apa susahnya Al-Quran menyitir metode hisab bangsa Babylonia dan bangsa Yahudi sebagai cara lain dalam menentukan bulan qamariyah?

Atau, apakah karena Islam memilih simplicity, menghindari kerumitan seperti kalender Yahudi?

Yang pasti, karena orang Islam harus berpuasa setelah melihat hilal, tradisi penanggalan Islam konsisten menggunakan satu periode bulan dari ijtimak (conjuction) satu ke ijtimak berikutnya, tanpa perlu mengikuti atau menyesuaikan dengan kalender Gregorian.

No comments: