Pengalamanku di Sabra-Shatila menyadarkanku bahwa orang Palestina adalah manusia. Seperti orang-orang lain, aku harus menghadapi kenyataan yang pahit, aku harus bertobat –kebodohan dan prasangkaku telah membutakan mataku dari penderitaan bangsa Palestina.
Buku ini adalah kesaksianku.”
Buku ”From Beirut to Jerusalem”, karya dr. Ang Swee Chai, 1989, 2002. Diterjemahkan penerbit Mizan dengan judul ”Tears of Heaven: Kisah Pengabdian Seorang Dokter Perempuan di Kamp Pengungsi Palestina”, Juli 2006.
Lingkungan religi dr. Ang Swee Chai membuat ia mendukung Israel. Media internasional menimbulkan kesan bahwa orang Arab adalah teroris. Namun pada 1982, saat Israel menyerbu Beirut dengan brutal, dr. Ang mulai mempertanyakan anggapannya itu.
Anggapannya semula tentang David dari bangsa Israel dan Goliath dari bangsa Filistin penakluk yang meneror lawan-lawannya serta merta berubah setelah melihat pembantaian Sabra-Shatila. Israel telah menjadi Goliath, seorang raksasa angkuh yang membawa kehancuran, teror, dan kematian kepada saudaranya, Lebanon.
Mendengar bahwa dibutuhkan sukarelawan ahli bedah untuk merawat para korban perang di Beirut, ia memutuskan untuk mengajukan diri. Ia berhenti dari pekerjaannya di rumah sakit, ia tinggalkan suami tercintanya di London, menuju Beirut yang dicabik-cabik perang.
Di kamp pengungsian Palestina, di Shabra dan Shatila, akhirnya ia menemukan jawaban itu. Ia balik memihak rakyat Palestina, memihak keadilan dan kemanusiaan. Di tanah asing, ia pertaruhkan nyawanya untuk membela orang-orang yang tak punya hubungan darah maupun etnis dengan dirinya, untuk melaksanakan tugasnya sebagai dokter dan manusia.
Penggalan salah satu surat terbuka dr. Swee yang tidak sempat dipublikasikan, karena tidak ada koran yang mau memuat, karena dianggap tidak mempunyai nilai berita:
”.......
Mereka membutuhkan setiap bantuan dan dukungan yang dapat Anda berikan. Banyak dari mereka yang secara mental telah siap menanggung kelaparan atau mati kedinginan, namun mereka meminta kepada saya untuk memohon kepada Anda agar mengganggap mereka sebagai manusia –seperti diri Anda sendiri—dan mereka berharap status mereka diakui sebagai manusia.
.......”
Di tengah hangatnya perang Israel-Lebanon yang baru saja usai dengan diberlakukannya gencatan senjata, buku ini layak dibaca untuk menyaksikan kebrutalan Israel dan penderitaan bangsa Palestina dan Lebanon melalui kesaksian dr. Ang Swee Chai. Jika ada ulama yang memfatwakan tidak perlunya membantu Hezbollah dan Lebanon dalam perang kemarin, bahkan dalam bentuk doa sekalipun, dan banyak yang mengikuti fatwa tersebut, mungkin mereka perlu membaca buku ini agar mata hatinya terbuka. :)
Segera miliki bukunya!
1 comment:
Wah pasti ini dapat sponsor, bagi bagi dong...
Post a Comment