Pagi harinya (ada yang berpendapat 3 hari setelah kejadian di atas), menjelang wafat, Imam Ali memberi wasiat kepada Hasan dan Husain yang duduk dekat kepala sang Imam:
”Aku berpesan kepada kalian berdua, bertakwalah kepada Allah. Jangan mencintai dunia, walau ia menggodamu. Jangan menangisi sesuatu yang menyusahkanmu. Sampaikan kebenaran. Sayangilah anak yatim. Beri petunjuk orang yang sesat. Berbuatlah untuk akhirat. Jadilah musuh orang zalim, dan pembela orang yang dizalimi. Berbuatlah sesuai dengan Kitab Allah. Dan jangan jadikan Allah sebagai sasaran caci maki.”
Kemudian ia menatap Muhammad bin Hanafiah sambil berkata: ”Apakah engkau hafal semua wasiatku pada kedua saudaramu?” Muhammad bin Hanafiah mengiyakannya. ”Itu juga pesanku padamu. Aku berwasiat padamu, hormatilah kedua saudaramu dan bantulah urusannya. Jangan putuskan sesuatu tanpa keduanya.”
Kemudian Imam Ali berkata kepada Hasan dan Husain, ”Aku berpesan pada kalian mengenai dia. Dia adalah saudaramu dan anak ayahmu. Kalian tahu ayah kalian mencintainya.”
Lalu ia berkata kepada Husain:
”Aku berpesan padamu, Nak. Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah, mendirikan shalat tepat waktu, menunaikan zakat pada yang berhak, menyempurnakan wudhu karena tidak sah shalat tanpa bersuci. Aku berpesan padamu agar memaafkan dosa, menahan amarah, bersilaturahim, bijaksana pada orang bodoh, mendalami ilmu agama, tabah dalam menghadapi masalah, menjaga Al-Quran, bertetangga dengan baik, menyeru kepada kebajikan, melarang kemungkaran dan menghindari perbuatan keji.”
Lalu Imam Ali, sosok yang dikenal sangat cerdas dan sangat menghargai kemanusiaan, meminta wasiatnya dituliskan untuk Hasan. Imam Ali tidak lagi berucap kecuali, ”Laa ilaaha illa Allah.” Lalu sang Imam menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sumber: novel sejarah ”Mendung di Atas Kufah”, Jurji Zaidan, hal 257-259.
No comments:
Post a Comment