Wednesday, June 28, 2006
Bisnis dan Hutang
Waktu itu saya tidak bisa berkomentar apa-apa. Saya hanya memahami, Mas Yuslam, demikian saya biasa memanggil, adalah seorang banker, pegawai pada Bank Bumi Daya waktu itu. Saya memahami, seorang banker berkepentingan uangnya dipinjam orang atau nasabah. Kalau benar ajaran Islam memberi kesan sebaiknya ummat Islam jangan berurusan dengan hutang, tentu akan merugikan bank.
Lalu saya teringat pesan keras mertua, agar saya beserta istri dan anak-anak tidak berurusan dengan bank. Harta mertua saya boleh dibilang ludes karena berurusan dengan bank untuk sebuah usaha, meski tidak habis total. Nasehatnya cukup ampuh dan betul-betul membuat saya sungkan berurusan dengan pinjaman bank, selain lewat kartu kredit yang ada limitnya. Itupun hanya digunakan sebatas untuk konsumsi, yang dalam satu dua bulan sudah harus ditutup.
Belakangan, ketika mulai tumbuh keinginan-keinginan untuk menjalankan usaha sendiri, pandangan itu mulai sirna, meski belum mewujud dalam keberanian. Berulangkali, Mas Chaizi Nasucha memberikan dorongan agar saya punya usaha sendiri. "Usaha yang baik jangan memakai uang sendiri, pakai uang bank. Tirulah orang Cina!" katanya dalam berbagai kesempatan. Ia sudah mempraktekkan. Dengan berbekal pada deposito yang dijaminkan kepada Bank Muammalat, Mas Chaizi kini telah memiliki 9 outlet restoran Sederhana bersama Haji Bustaman, pendiri rumah makan Padang Sederhana. Proyeksinya, tahun 2009 lunas semua hutang, deposito tetap aman, dari restoran akan terus mengalir keuntungan.
Dua hari lalu aku membeli tiga buku (i) Cara Mudah menjadi Kaya Tanpa Gajian, dan (ii) Bisnis & Tasawuf; yang membahas etika bisnis dalam Islam, dan (iii) Kalau Mau Kaya Ngapain Takut Ngutang. Saya ingin menambah peluru untuk meyakinkan diri sendiri agar berani dan mau mengambil resiko untuk berbisnis.
Yang terlintas dalam benak saya adalah, bisnis pada sektor pengolahan informasi. Mungkin menghidupkan kembali berpolitik.com dengan modal sendiri; kalau dulu di sana saya sebagai karyawan yang dapat saham. Mungkin juga mencari bentuk lain seperti penerbitan buku, bisnis sms (short messaging sevices), atau menerbitkan majalah khusus. Ada juga kawan, mantan direktur keuangan perusahaan 911, mengajak bisnis Security Management System.
Saya sedang kagum pada penerbit Serambi, penerbit yang muncul belakangan, tapi sudah mampu bersaing dengan Mizan dan Gramedia. Menurut pemiliknya, salah satu berkah yang mereka nikmati adalah menerbitkan The Da Vinci Code. Sedianya buku itu ditawarkan ke penerbit Gramedia, tetapi karena isinya mengandung kontroversi ajaran Katolik, Gramedia menawarkan kepada Serambi, dan ternyata buku ini laris manis. Terlepas dari itu, buku-buku terbitan Serambi punya kekhasan sendiri. Nampak kecerdasan pengelola penerbit itu dari pilihan buku-buku yang diterbitkan. Sangat menginspirasikan!
Wednesday, June 21, 2006
Pendidikan dan Masa Depan Bangsa
Meski prosentase UN tahun ini dianggap lebih baik dari tahun sebelumnya, dengan tingkat prosentase kelulusan lebih tinggi, akan tetapi tetap saja UN dianggap merugikan, khususnya bagi sekolah-sekolah pinggiran dengan tingkat ketidaklulusan mencapai 13-80%. Mereka rata-rata jeblok nilainya untuk pelajaran IPA. Sebabnya, mereka yang ada di sekolah pinggiran rata-rata dari keluarga tidak mampu. Kondisi ekonomi yang pas-pasan membuat perhatian keluarga terhadap tingkat pendidikan berkurang. Di samping itu, peserta didik di sekolah pinggiran memiliki kemampuan otak yang pas-pasan. Mereka yang memiliki nilai baik, biasanya memilih sekolah favorit atau sekolah unggulan (Kompas Online, 20/6/2006).
Itulah sebagian potret pendidikan Indonesia saat ini. Sebagian pihak beranggapan bahwa, rendahnya anggaran pendidikan berkorelasi terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional. Meskipun amandemen UUD 45 telah mengamanatkan 20% APBN untuk anggaran pendidikan dan Mahkamah Konstitusi juga sudah mengabulkan tuntutan PGRI agar pemerintah mematuhi konstitusi UUD 45 untuk meningkatkan anggaran pendidikannya sebanyak 20%, pada pelaksanaannya pemerintah masih belum mampu. Pemerintah bahkan bersilat lidah, bahwa sebenarnya mereka sudah menyediakan 20% anggaran pendidikan, jika semuanya dihitung dengan anggaran pendidikan kedinasan di semua departemen. Inilah sebuah pembodohan terhadap rakyat oleh negara yang sangat telanjang di muka publik.
Persoalan pendidikan tampaknya belum menjadi common issue di antara semua kelompok masyarakat, baik itu partai politik, pemerintah, maupun kalangan praktisi. Isu pendidikan menjadi sekedar alat politik untuk mendapatkan dukungan publik. Pendidikan belum menjadi kebutuhan prioritas dalam meningkatkan kemajuan dan kemakmuran negara. Saya termasuk orang yang optimis, bahwa pendidikan dan teknologi merupakan satu-satunya jalan untuk kemajuan sebuah negara. Pendidikan merupakan jalan keluar dari lubang kemiskinan dan kebodohan.
Ambillah contoh Malaysia dan India. Malaysia merupakan negara yang merdeka belakangan setelah Indonesia. Sejak tahun 1950 hingga 1970-an, Malaysia banyak belajar ke Indonesia. Aktifis pelajar dan mahasiswa Malaysia seringkali melakukan kunjungan ke Indonesia untuk tukar pikiran. Mereka mempelajari, bagaimana cara membangun negara dan pendidikan di Indonesia. Kini, setelah 50 tahun berlalu. kondisi pendidikan Malaysia lebih maju ketimbang Indonesia. Demikian juga dengan teknologinya, seperti teknologi perminyakan, di mana Petronas dulu banyak belajar dari Pertamina, tetapi sekarang Petronas justru jauh lebih maju meninggalkan Pertamina.
India, meskipun disebut sebagai negara yang miskin, panas, kumuh, dan kotor, akan tetapi dalam bidang pendidikan, merupakan negara paling maju untuk kategori negara dunia ketiga, jauh lebih maju ketimbang Indonesia. India memberikan pendidikan yang relatif murah namun berkualitas. Tiga tahun setelah kemerdekaan India, parlemen menetapkan tiga perguruan tinggi sebagai pusat keunggulan nasional (par excellence) dengan dukungan penuh biaya dari pemerintah.
Dalam bidang teknik, India memilik India Institute of Technology (IIT) yang tersebar di tujuh negara bagian. Semuanya memiliki reputasi internasional. Bahkan IIT di Roorkee masuk dalam peringkat tiga sampai delapan terbaik Asia versi Asiaweek 2000. Biaya kuliah di sana juga relatif murah. Hanya dengan sekitar 170.000 rupee atau sekitar 14 juta, sudah bisa digunakan untuk kuliah dan biaya hidup untuk dua tahun, meski angka itu sendiri termasuk kategori mahal untuk kelas menengah ke bawah di sana. Bagi orang miskin India, asal punya otak cemerlang, pasti bisa kuliah. Di India ada sistem pinjaman dari bank bagi mahasiswa, yang dapat dibayarkan ketika sudah lulus dan bekerja.
Keberadaan IIT di tujuh negara bagian, membuktikan pusat keungggulan nasional tidak hanya terpusat di satu wilayah, tapi merata dari utara hingga selatan. Hal ini berbeda dengan Indonesia, di mana univeristas berkualitas banyak berada di pulau Jawa sehingga menimbulkan gap dalam SDM dengan wilayah luar Jawa.
Komitmen dan visi para pejabat politik dan kalangan akademisi India sangat tinggi terhadap pendidikan. Professor Abdul Kalam, presiden India merupakan tokoh yang enak diajak untuk diskusi dan gampang ditemui oleh mahasiswa untuk bimbingan studinya. Dalam pidato hari kemerdekaan India 14 agustus 2004, Abdul Kalam memberikan prioritas khusus dalam bidang pendidikan. Demikian juga dengan professor India yang sekarang ini bekerja atau mengajar di luar negeri seperti Amerika dan Eropa. Mereka menyediakan waktunya 1-2 bulan, untuk kembali ke India dan mengajar. Sebuah komitmen nasionalisme yang sangat tinggi ketimbang hanya hormat bendera atau hafal lagu kebangsaan.
Bangunan infrastruktur pendidikan di India, memang tidak sebagus di Indonesia. Bahkan ruang belajarnya masih lebih bagus SD inpres di Indonesia. Tidak ada eskalator atau white board. Semuanya serba tradisional. Meski demikian, India mampu memberikan layanan kualitas pendidikan yang murah dan terjangkau. Pemerintah memberikan subsidi kertas untuk penerbitan buku-buku kuliah. Penerbit di India memilih lisensi dari penerbitan buku di Amerika dan Eropa, sehingga ia bisa mencetak sendiri buku tersebut dengan kertas yang sedikit lebih murah dan harga terjangkau. Kondisi ini membuat India mampu mengakses transformasi dan perkembangan ilmu dari luar dengan lebih cepat.
Hasil lainnya, banyak tokoh India mendapatkan hadiah nobel. Sebut saja misalnya; Amartya Sen dalam bidang ekonomi, Subrawinan Chandrasekar dan Chandrasekar Venkataraman dalam bidang fisika, bunda Theresa untuk perdamaian, Rabindranath Tagore untuk sastra, dan Hargobin Korana untuk kedokteran.
Dukungan terhadap pengembangan pendidikan, juga diperlihatkan oleh lembaga peradilan. Di mana mereka berhasil mengabulkan tuntutan sebagian warga masyarakat dan memerintahkan kepada sekolah-sekolah swasta untuk mengalokasikan 25% bangku sekolah kepada rakyat jelata secara cuma-cuma. Meski kontrovesial, tetapi pemerintah dan swasta patuh dan tunduk mengikuti keputusan tersebut.
Pendidikan menjadi sangat urgent, karena ia sangat berkorelasi dengan kemajuan sebuah bangsa. Persoalan anggaran memang bukan faktor tunggal dalam melihat permasalahan pendidikan. Yang lebih penting adanya komitmen dan political will semua pihak. Yang lebih penting lagi adalah visi pendidikan Indonesia itu sendiri. Ke mana dan bagaimana Indonesia tahun 2020, sangat ditentukan oleh realitas pendidikan. Dengan membangun visi pendidikan 2020 secara lebih baik, maka berarti kita sedang menyiapkan visi Indonesia untuk bisa lebih maju dan modern.
Ditulis oleh Abdul Aziz Muslim pada milis JSP_Mantan_PII@yahoogroups.com, diedit oleh Fami Fachrudin.
Friday, June 16, 2006
Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan
Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untukmelakukan puasa dan membaca kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kahausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada fakir miskin. Muliakan orang tuamu. Sayangi yang muda. Sambunglah tali persaudaraan. Jaga lidahmu. Tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.
Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah azza wa jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya, bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal ’Alamin.
Wahai manusia! Barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.
(Sahabat-sahabat bertanya: ”Ya Rasulullah, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan:)
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.
Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, ia akan berhasil melewati sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Barangsiapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa denganNya.
Barangsiapa menyambung tali silaturahmi di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunnah di bulan ini, Allah akan menuliskan, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan lainnya.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Qur’an, ganjarannnya sama seperti mengkhatam Al-Qur’an pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.
Ali bin Abi Thalib berkata: Aku berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, amal apa yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: ”Ya abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.”
Wednesday, June 14, 2006
Dan Brown Recipe
Di Indonesia, tidak luput juga terjadi sedikit adu komentar. Adian Husaini, dianggap sebagai aktifis fundamentalis, menyambut buku TDVC seolah mendapat peluru tambahan untuk menembak kepalsuan ajaran Kristen dan membuat klaim kebenaran Islam. Sementara aktifis JIL Novriantoni mengomentari tulisan Adian di Harian Republika tentang buku TDVC, meski tidak face-to-face, dengan mengatakan kehebatan Islam bukan karena adanya kelemahan agama lain.
Padahal, hujatan terhadap ajaran Kristen sebelumnya, melalui tulisan-tulisan yang mempertanyakan ajaran Kristen, tidak memiliki pengaruh seperti tulisan Dan Brown. Kenapa ini bisa terjadi? Apa mungkin, kehebohan yang dibuat oleh Dan Brown karena hujatan ini datang dari kalangan mereka sendiri? Saya tidak tahu agama yang dipeluk Dan Brown, setidaknya kritikan itu datang dari sesama orang Barat. Tapi saya ragu dengan jawaban sederhana ini. Sebelumnya sudah terbit beberapa buku hujatan dari orang Barat juga.
Sebelum Dan Brown menghujat ajaran Kristen yang disisip-sisipkan dalam novelnya itu, Ahmad Deedat sudah sejak lama membuat buku-buku yang menghujat kebenaran Bible dengan argumen yang sangat rinci. Ia bisa merujuk ayat mana di Bible yang bertentangan dengan ayat lainnya dalam Bible yang sama. Seingat saya, ahir tahun 1990-an waktu saya masih kuliah di Amerika Serikat, Ahmad Deedat sudah terkenal dengan debatnya melawan sejumlah pendeta Kristen, dan perdebatannya disebarkan-luaskan dalam bentuk pamflet, buku-buku dan kaset-kaset.
Hujatan Ahmad Deedat atas berbagai pertentangan dalam diri ajaran Kristen memang tidak menggema, karena pusarannya hanya terjadi di kalangan ummat Islam. Ia tidak menglobal seperti novel TDVC sekarang ini. Apa yang dilakukan Ahmad Deedat waktu itu mungkin dianggap terlalu vulgar dan tidak popular, karena ia memilih jalan perdebatan terbuka dengan tokoh-tokoh Kristen dunia, sehingga tidak terlalu mendapat sambutan atau tanggapan dari mereka.
Tahun 1982, Henry Lincoln, Richard Leigh, dan Michael Baigent menulis novel Holy Blood Holy Grail, yang penulisannya berdasarkan penelitian selama lebih dari 10 tahun. Cerita ”cawan suci” yang berhubungan dengan cerita Maria Magdalena datangnya dari buku ini. Cerita tentang kode-kode yang ditingggalkan keluarga Maria Magdalena, Biarawan Sion, dan Ksatria Templar ada dalam buku ini. Karena itu, Dan Brown pernah digugat menjiplak buku ini, meski tuduhan penjiplakan akhirnya tidak terbukti, meski sejumlah nama, orang maupun organisasi, yang ada di novel TDVC jelas-jelas telah digunakan dalam buku ini.
Setelah buku ini terbit, penulisnya dihujat habis-habisan karena menulis sesuatu yang bertentangan dengan arus utama kepercayan Kristen, meski tidak setragis Salman Rushdie yang divonis mati oleh Imam Khomeini. Namun demikian kontroversi hanya terjadi di Eropa sana, tidak merambah ke belahan bumi lainnya. Mungkin karena tahun 1982 masih dalam suasana perang dingin. Perhatian orang tentu lebih suka kepada isu-isu seputar kedua blok yang sedang berhadap-hadapan. Karenanya, isu Holy Blood Holy Grail mungkin dianggap sebagai isu lokal saja, semacam isu NU versus Muhammadiyah di Indonesia yang tidak pernah menjadi isu internasional.
Tahun 1999, Richard F. Rubenstein menulis buku hasil penelitian dalam alur seperti novel, dengan judul When Jesus Becomes God: The Struggle to Define Christianity during the Last Days of Rome, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi buku Kala Yesus Jadi Tuhan. Karena penulisnya adalah seorang pakar konflik, buku ini ditulis sebagai halis penelitian atas konflik yang terjadi seputar penetapan Perjanjian Baru yang diwarnai oleh konflik dua kubu yang berbeda pendapat pada saat itu.
Dari judulnya saja sudah cukup jelas, bahwa ada masa di mana Yesus bukanlah Tuhan, kemudian dijadikan Tuhan oleh sekelompok orang pada suatu masa. Cerita seputar Konsili Nicea dan latar belakangnya diurai lengkap dalam buku ini. Namun demikian, tidak terdengar ada keberatan yang menghebohkan dari kalangan Kristen. Mungkin karena buku ini didedikasikan sebagai sebuah tulisan ilmiah tentang sejarah konflik manusia, dan penyebarannya tidak sepopuler buku TDVC.
Tahun 2001, Dr. Jerald F. Dirk, seorang mantan diaken di gereja Metodis Bersatu di Amerika Serikat, menulis buku The Cross & the Crescent yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Salib di Bulan Sabit. Buku ini didedikasikan sebagai buku dialog antariman Islam-Kristen. Pengungkapan berbagai kontradiksi dalam ajaran Kristen dalam buku ini sebenarnya mirip dengan cara-cara Ahmad Deedat, tetapi karena penulisnya adalah ”orang dalam”, ia bisa menceritakan dengan penuh empati dan secara lebih baik, terutama dalam soal latar belakang sejarah ajaran-ajaran Yahudi-Kristen yang dianggap tidak sesuai, menyimpang, atau bertentangan.
Buku ini juga mengungkap sejarah penyusunan Perjanjian Baru, yang sejalan dengan cerita bahwa Perjanjian Baru memang baru dibuat setelah beberapa abad kematian Yesus, yang awalnya melalui Konsili Nicea. Bahkan saya baru tahu, ada 44 kitab apokrif, kitab yang digunakan oleh pemeluk Kristen awal, yang tidak diakomodasi dalam Perjanjian Baru, tetapi masih disimpan oleh mereka. Cerita seputar ajaran Kristen yang terdapat dalam Al-Qur’an dan bertentangan dengan Perjanjian Baru yang ada sekarang, ternyata tidak bertentangan dengan kitab-kitab apokrif yang digunakan pemeluk Kristen awal. Dalam konteks membandingkan dengan TDVC, buku ini sekali lagi juga tidak menjadi buku yang menggemparkan dan tidak dianggap menghujat pemeluk Kristen.
Lalu apa yang menjadi penyebab kehebohan ini? Sementara saya hanya dapat mengatakan, ini adalah Dan Brown Recipe, resep Dan Brown, hasil olahan strategi bisnis novel dan berkah dari perang melawan terorisme. Momennya sedang tepat. The right book on the right time.
Barangkali, bagi pemeluk Kristen taat dan awam di Eropa terutama Inggris dan Amerika, deklarasi crussade abad ini oleh presiden Amerika Serikat George W. Bush telah menumbuhkan kebanggaan terhadap agama Kristen. Di tengah euforia kebanggaan itu, tiba-tiba novel Dan Brown muncul dengan membawa hujatan terhadap agamanya.
Juga, di Amerika Serikat terutama, sekarang ini banyak muncul klaim, bahwa perang melawan teror menjadi berkah tersendiri bagi ummat Islam. Banyak orang tergerak ingin tahu lebih jauh tentang Islam. Sebaliknya, mungkin juga terjadi, yang ini belum saya dengar klaimnya, banyak pula orang ingin tahu ajaran Kristen yang menjadi pendorong semangat George W. Bush dalam mengobarkan perang melawan teror. Kemudian mereka mendapat cerita Dan Brown yang di luar pakem ke-Kristen-an itu. Maka hebohlah jadinya.
Terlepas dari itu semua, saya ingin mengatakan bahwa hujatan terhadap ajaran Kristen seperti ditemukan dalam buku-buku yang saya sebut di atas nampaknya terbukti tidak memberi pengaruh apapun untuk memalingkan pemeluk Kristen kepada ajaran lainnya. Setiap muncul hujatan, barangkali oleh mereka dianggap seperti badai saja. Mungkin menggelisahkan dan menyusahkan perasaan pemeluk Kristen, tetapi mereka tetap bisa bertahan. Dan ketika badai telah lewat, selesailah sudah kekisruhannya.
Memang benar, kelemahan ajaran Kristen yang terbuktikan tidak membuat Islam menjadi kuat. Namun demikian, sebagai pemeluk Islam, kita perlu membaca buku tersebut untuk mengetahui latar belakang ujaran-ujaran Al-Qur’an seputar kenabian Isa Putra Maryam, karena Al-Qur’an diwahyukan pada abad ke-7 Masehi, sementara sejarah pergulatan Kristen awal yang krusial terjadi sejak abad pertama hingga abad ke-4 Masehi. Jika ada beberapa cerita dalam Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan cerita dalam Bible, maka salah satu dari buku-buku yang disebut di atas bisa memberikan jawabannya.
Thursday, June 08, 2006
Arti Namaku
Ayahku menjelaskan, namaku adalah gabungan dari nama yang diambil dari sebuah buku, dan nama pemberian K. H. Nasucha, ulama Muhammadiyah di Bumiayu yang sangat disegani pada saat itu dan dikenal dari Tegal hingga Wonosobo.
Fami diambil dari bahasa Arab, artinya "mulutku". Fachrudin juga dari bahasa Arab fachr dan ad-din yang masing-masing artinya "kebanggaan" dan "agama". Jadi, Fami Fachrudin mengandung makna "mulut yang membanggakan agama".
Namun demikian, ayahku tidak pernah bercerita kepadaku, apa harapannya kelak terhadap diriku setelah dewasa. Apakah ia berharap aku jadi ustadz atau juru dakwah? Kalau itu yang dimaui, nampaknya sekarang sulit, karena saya bukan tipe orang yang suka berbicara di depan banyak orang. Entah mengapa, dalam 10 tahun terakhir semangatku menggunakan mulutku untuk berbicara di depan banyak orang semakin menyusut. Padahal dulu, aku adalah juara pertama pidato antar SMA Muhammadiyah se Karesidenan Pekalongan pada tahun 1985.
Baru belakangan saya ketahui, kepada adiknya, Abdullah Badri, ayahku pernah berkata sambil mengangkat aku ketika masih bayi: "Lihat Abdullah, setelah besar nanti, anak ini akan jadi orang terkenal!" Penuturan dari pamanku ini aku dengar menjelang aku berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti tugas belajar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Yang pasti, aku bersyukur, ayahku telah memberi nama dan harapan yang baik kepadaku. Aku hanya bisa membalas dengan doa kepada ayahku yang kini sudah almarhum:
Nama-nama Anakku
Shemissa Shita Fachrudin. Lahir di Pati, 18 Oktober 1993. Nama ini ditemukan dalam buku Islamic Names karangan Annemarie Schimmel. Shemissa berasal dari kata syams, dari bahasa Arab, artinya "matahari". Penulisan tersebut biasa digunakan oleh masyarakat Tunisia. Sedang Shita, berasal dari bahasa Arab juga, artinya "musim dingin". Jadi, Shemissa Shita artinya "matahari di musim dingin". Saya berharap agar anakku dapat menjadi matahari di musim dingin: memberi kehangatan bagi manusia yang sedang diselimuti kebekuan mental maupun spiritual. Aku ingin dia kelak besar menjadi seorang ilmuwan, yang bisa memberikan pandangan-pandangan yang menyegarkan dan menghangatkan masyarakat. Sedang nama Fachrudin adalah nama belakangku, jika ditulis lengkap menjadi Shemissa Shita binti Fachrudin.
Shadra Shiraz Fachrudin. Lahir di Pati, 30 April 1995. Nama ini ditentukan dari keinginanku terlebih dulu. Mau apa setelah anakku besar nanti? Aku ingin ia jadi pemikir. Ya, jadi pemikir besar jika mungkin, kenapa tidak? Maka aku cari nama-nama pemikir muslim. Lalu aku temukan nama Shadr Al-Din Al-Syirazi atau dikenal dengan nama Mulla Shadra, seorang filosof yang cukup berpengaruh. Dari nama itu aku ambil nama Shadra Shiraz. Tapi aku tidak sekedar mengambil nama itu, aku juga melakukan studi akan makna nama tersebut.
Dalam bahasa Arab, shadra sendiri artinya "dada", misalnya dari kata Al-Quran fii dzaati ash-shuduur yang artinya "zat yang ada di dalam dada". Shudur di sini juga bisa bermakna hati, batin, atau jiwa. Shiraz berasal dari bahasa Arab, siraaj, yang artinya sinar, sebagaimana digunakan dalam ungkapan Al-Quran siraaja muniira (sinar yang menerangi). Bedanya dengan nur, nur dikeluarkan oleh rembulan, siraaj dikeluarkan oleh matahari, sebagaimana disebut dalam Surat Nuh ayat 16:
wa ja'alal-qamara fiihinna nuuraw wa ja'ala-asy-syamsa siraaja.
Dan diciptakan rembulan yang mengeluarkan nuur dan diciptakan matahari yang mengeluarkan siraaj. (QS 71:16)
Secara fisika, siraaj adalah sinar matahari yang mengandung gelombang energi panas dengan suhu permukaan pada sumbernya mencapai 5.500 °C dan suhu pada intinya 15 juta °C dan merupakan sumber penerangan dalam tata surya galaksi kita ini, sedang nuur adalah sinar matahari yang dipantulkan oleh rembulan dengan sifat yang lembut karena tidak memiliki gelombang energi panas yang membakar. Agar kata siraaj senafas dengan nama shadra yang berbau Persia, maka saya ubah penulisannya menjadi shiraz. Kebetulan, kata shiraz sendiri ada dan merupakan nama daerah di wilayah Persia, asal daerah Mulla Shadra itu sendiri.
Jadi, nama Shadra Shiraz adalah sebuah doa, agar anakku kelak menjadi seorang pemikir yang dari dadanya memancarkan sinar kebenaran dan mampu memberikan pencerahan kepada jiwa-jiwa yang ada di dalam kegelapan. Sedang nama Fachrudin adalah nama belakangku, jika ditulis lengkap menjadi Shadra Shiraz bin Fachrudin.
Raisa Munira Fachrudin. Lahir di Jakarta, 7 Juni 2004. Ketika lahir, aku ingin ia menjadi pemimpin. Ternyata ia seorang perempuan. Tapi perempuan tidak terhalang untuk menjadi pemimpin. Nama itu juga terkait dengan kekagumanku pada tokoh reformasi di Indonesia, Amin Rais. RaisA adalah kebalikan dari A Rais. Dalam bahasa Arab, rais artinya pemimpin (laki-laki) dan raisatun adalah pemimpin (wanita). Kata raisa berasal dari: raisatun-->raisah-->raisa. Tokoh dunia yang menggunakan nama ini antara lain Raisa Gorbachev, istri dari pemimpin Uni Soviet Michael Gorbachev..
Munira juga dari bahasa Arab, artinya "yang menerangi". Kebetulan, nama tersebut juga nama nenekku tercinta, orang yang telah berjasa besar dalam mendidik kedisiplinan kepadaku dalam mendirikan shalat: Munira binti Haji Nur. Maka, dengan nama Raisa Munira, aku berharap anak ini kelak bisa menjadi pemimpin yang mampu memberikan penerangan kepada rakyatnya, membawa rakyatnya dari kegelapan menuju kepada cahaya yang terang benderang, mina-dz-dzulumaati ilaa an-nuur. Sedang nama Fachrudin adalah nama belakangku, jika ditulis lengkap menjadi Raisa Munira binti Fachrudin.
Raisa Ulang Tahun
Acara ini sekaligus jadi momen ketemu keluarga. Kami mengundang keluarga bulek Zaitun beserta anak dan cucunya dari Poncol dan beberapa sepupu beserta keluarganya. Acaranya sangat meriah. Anakku kelihatan sudah memahami acara tersebut. Ketika lagu "tiup lilinnya" dinyanyikan, dia turut bernyanyi, lalu dia meniup lilin angka dua hingga apinya padam. Anak-anak bersorak dan tepuk tangan dari sekitar 60 tamu undangan bergelora di ruangan keluarga.
Wednesday, June 07, 2006
Wasiat Terakhir Imam Ali
Pagi harinya (ada yang berpendapat 3 hari setelah kejadian di atas), menjelang wafat, Imam Ali memberi wasiat kepada Hasan dan Husain yang duduk dekat kepala sang Imam:
”Aku berpesan kepada kalian berdua, bertakwalah kepada Allah. Jangan mencintai dunia, walau ia menggodamu. Jangan menangisi sesuatu yang menyusahkanmu. Sampaikan kebenaran. Sayangilah anak yatim. Beri petunjuk orang yang sesat. Berbuatlah untuk akhirat. Jadilah musuh orang zalim, dan pembela orang yang dizalimi. Berbuatlah sesuai dengan Kitab Allah. Dan jangan jadikan Allah sebagai sasaran caci maki.”
Kemudian ia menatap Muhammad bin Hanafiah sambil berkata: ”Apakah engkau hafal semua wasiatku pada kedua saudaramu?” Muhammad bin Hanafiah mengiyakannya. ”Itu juga pesanku padamu. Aku berwasiat padamu, hormatilah kedua saudaramu dan bantulah urusannya. Jangan putuskan sesuatu tanpa keduanya.”
Kemudian Imam Ali berkata kepada Hasan dan Husain, ”Aku berpesan pada kalian mengenai dia. Dia adalah saudaramu dan anak ayahmu. Kalian tahu ayah kalian mencintainya.”
Lalu ia berkata kepada Husain:
”Aku berpesan padamu, Nak. Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah, mendirikan shalat tepat waktu, menunaikan zakat pada yang berhak, menyempurnakan wudhu karena tidak sah shalat tanpa bersuci. Aku berpesan padamu agar memaafkan dosa, menahan amarah, bersilaturahim, bijaksana pada orang bodoh, mendalami ilmu agama, tabah dalam menghadapi masalah, menjaga Al-Quran, bertetangga dengan baik, menyeru kepada kebajikan, melarang kemungkaran dan menghindari perbuatan keji.”
Lalu Imam Ali, sosok yang dikenal sangat cerdas dan sangat menghargai kemanusiaan, meminta wasiatnya dituliskan untuk Hasan. Imam Ali tidak lagi berucap kecuali, ”Laa ilaaha illa Allah.” Lalu sang Imam menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sumber: novel sejarah ”Mendung di Atas Kufah”, Jurji Zaidan, hal 257-259.
Tuesday, June 06, 2006
Meraih Hakikat Melalui Syariat
Kita mungkin sudah mengenal Imam Al-Ghazali yang, dengan kitab Ihya ’Ulumuddin-nya, sudah berupaya mengawinkan kembali sisi ritual-formal syariat dengan esensi dan hakikatnya. Namun, belum banyak yang mengetahui bahwa Ibn ’Arabi (1165-1240 M) –tokoh sufi Andalusia yang masyhur dengan doktrin wihdah al-wujud-nya ini—juga memiliki perhatian yang besar terhadap isu dikotomi antara syariat dan hakikat ini. Bahkan, ia senantiasa menekankan pentingnya mengamalkan syariat dengan benar seraya memahami dan menghayati tujuan batin dan hakikat yang dikandungnya.
Memang tidak dapat disangkal bahwa secara umum, karakter pemikiran dan tulisan-tulisan Ibn ’Arabi bersifat multinilai, global, dan bahkan terkesan bermakna ganda, sehingga tidak heran jika memancing kontroversi. Namun, ini sebenarnya merupakan konsekuensi dari upayanya untuk senantiasa mempertahankan keseimbangan dan mengambil jalan tengah dari dua aspek yang berbeda dan kadang bertentangan.
Dalam buku ini, kita akan melihat bagaimana sang sufi memahami dan mendefinisikan syariat sebagai suatu nilai dan sebagai suatu hukum, tanpa terjebak mengorbankansisi ritual-formal dan tujuan esensial-hakikinya. Kita juga akan melihat bahwa, berbeda dengan pemikir-pemikir sufi biasanya, Ibn ’Arabi tidak membedakan antara syariah –yang dikatakannya merupakan redaksi materi hukum—dan haqiqah, yaitu rahasia dan makna spiritual hukum tersebut. Menurutnya, syariah seutuhnya sejalan dengan haqiqah dan keduanya merupakan wujud yang hakiki.
Monday, June 05, 2006
Musik Terindah
Sunday, June 04, 2006
Minum Teh Selagi Panas
Manfaat Teh: Melawan Kanker
Seduh teh yang sudah dikemas dalam kantung dengan air panas dan aduk selama 3 – 5 menit. Semakin lama dibiarkan teh akan semakin kental.
Penyeduhan dengan air panas akan merangsang catechin keluar dari daun teh. Karena kandungan ini mudah menguap, segeralah minum selagi masih panas atau hangat agar khasiatnya dapat terserap tubuh.
Apa khasiat catechin? Zat ini dipercaya mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melawan sel kanker. Catechin berfungsi sebagai antioksidan yang penting untuk melawan radikal bebas. Zat ini mengurangi penumpukan lemak dalam darah sehingga membuat aliran darah lancar. Catechin bekerja efektif karena mudah menempel pada protein, memblok dan menghancurkan virus.
Semakin muda usia daun teh, kandungan catechin semakin tinggi. Zat ini terdiri dari bioflavonoids, polyphenols, dan antioksidan yang sangat kuat. Catechin pada teh ada empat substansi, yaitu EC, ECg, EGC, dan EGCG (Epigallocatechin Gallate). EGCG mengandung antioksidan yang terkuat, lebih hebat daripada yang terdapat pada brokoli, bayam, wortel, strawberri, apel, dan coklat hitam.
Kandungan daun teh terdiri dari 75-80% moisture dan 20-25% solid. Dalam kandungan yang solid, terdapat (1) zat-zat yang larut dalam air (Catechin, Amino Acid, Caffeine, Saccharides, Mineral, Pectin, Saporin, Fluoride, Flavonoids, dan Vitamin b1, b2, C, P, dan U), (2) zat-zat yang larut dalam minyak (Carotene, Vitamin E, dan Clorophyl), serta (3) zat-zat yang tidak larut dalam air maupun minyak (Cellulose (fibrin) dan Protein).
Kelebihan penggunaan ekstrak teh hijau atau teh putih dalam memerangi kanker adalah tidak ditemukannya kerusakan pada sel sehat. Berbeda dengan karakter obat antikanker, merusak semua sel kanker sekaligus sel tubuh yang sehat dan mudah tumbuh seperti kuku, kulit, dan rambut.
Berbagai Jenis Teh
Berbagai ragam teh yang ada di pasaran:
- Teh Hitam & Teh Oolong. Dibuat melalui proses fermentasi sehingga mengakibatkan banyak kadar catechin yang hilang. Meski demikian, teh ini mengandung theaflavin (bentuk catechin yang teroksidasi) dalam jumlah besar sehingga dapat melawan virus influenza. Teh hitam dan oolong juga sering dipakai untuk mengatasi sakit perut. Kandungan kafeinnya 40 mg/gelas.
- Teh Hijau. Kandungan EGCG yang terdapat dalam teh ini dua kali lipat lebih bermanfaat dibanding resveratrol yang ditemukan pada anggur merah. EGCG juga bekerja lebih kuat, sedikitnya 100 kali daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif dibandingkan dengan vitamin E, pada sel pelindung dan DNA dari kerusakan yang mungkin diakibatkan oleh kanker, penyakit jantung, dan penyakit serius lainnya. Teh hijau juga mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan membakar 266 kalori per hari. Teh ini mampu menurunkan kadar kolesterol, hipertensi, dan kemungkinan terkena serangan jantung berkurang. Teh ini juga sering dipakai sebagai obat pelangsing tubuh. Efek sampingnya terkadang menimbulkan pusing bagi penderita hipertensi, dan menimbulkan masalah bagi yang pencernaannya sensitif. Kandungan kafeinnya 20 mg/gelas.
- Teh Putih. Ini adalah teh termahal. Kualitasnya tergantung pada musim panen atau petik. Teh ini, berdasarkan penelitian, bekerja lebih baik dari teh hijau dalam melawan mikroba patogenik manusia, seperti virus, bakteri, dan jamur. Ektrak teh putih memiliki antiviral pada virus patogenik manusia. Menambahkan ekstraknya pada pasta gigi juga meningkatkan efek anti mikroba pada mulut. Ektrak teh putih juga berfungsi sebagai anti jamur pada penicillium chrysogenum dan saccharomyces cerevisiae. Teh ini terbukti tidak mampu meningkatkan metabolisme sehingga tidak bisa digunakan untuk pelangsing tubuh. Kandungan kafeinnya 15 mg/gelas.
Diringkas dari: AstraWorld News, Edisi Juni 2006
Rejeki
Wa mimma rozaqnahum yunfiquun.Rejeki adalah pemberian Allah, diberikan kepada siapa saja yang dia kehendaki:
Dan dari apa-apa yang direjekikan kepada mereka, dibelanjakan. (Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 3)
Allahu yabsuthu rizqo limaa yasaa’u wa yaqdir.
Allah yang melapangkan rejeki kepada siapa saja (yang dikehendaki) dan menyempitkannya. (Al-Qur’an)
Innallaha yarzuqu maa yasaa’u bighairi hisaab.
Sesungguhnya Allah memberi rejeki kepada siapa saja (yang dikehendaki) tanpa melalui pertimbangan-pertimbangan. (Al-Qur’an)
Ya, rejeki diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh Allah tanpa pertimbangan apapun. Siapa saja, orang beriman-orang kafir, bekerja-tidak bekerja, semua mendapat rejeki dari Allah. Jumlah rejeki yang diterima, sedikit-banyaknya, juga sepenuhnya kekuasaan Allah.
Tanpa kecuali, tanpa pertimbangan. Ekstremnya, lihatlah, berapa banyak orang bekerja keras: siang malam bekerja sebagai kuli di pelabuhan, sepanjang hari berjalan keliling kampung sebagai pengemis, mereka tetap saja hidup dalam kekurangan meski keringat sudah diperas seharian. Lalu coba lihat orang yang hanya duduk di belakang meja, kongkow-kongkow di lobi hotel, mereka bisa mendapatkan hasil yang jauh lebih berlimpah dengan keringat yang sangat sedikit.
Lalu, di mana peran manusia? Menyiapkan tempat. Ibaratnya, rejeki adalah sebuah siraman air hujan, dan manusia yang menerima ini hanyalah sebuah tempayan. Tempayan kecil dapat menampung air yang sedikit. Tempayan besar dapat menampung air yang banyak. Tempayan yang lebih besar, tentu dapat menampung air yang lebih banyak lagi.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memperbesar tempayan tersebut adalah sebagai berikut:
- Berbakti kepada orangtua. Saya mengamati, di antara banyak orang sukses yang saya kenal di Jakarta, mereka adalah orang-orang yang sangat memuliakan orangtua, terutama ibunya. Al-jannatu tahta aqdaamil ummahaat: surga terletak di bawah telapak kaki ibu. Termasuk surga dunia tentunya; ini yang orang seringkali lupa.
Awalnya aku tidak menyadari hubungan tersebut. Setelah aku banyak merenung, atas kemudahan saya mencari rejeki di Jakarta ini, mau-tidak-mau aku harus meyakini, bahwa hubungan baik dengan orangtua ada hubungannya dengan kemudahan mencari rejeki.
Ada seorang kawan, yang begitu mudah diberi jalan oleh Allah dalam mencari rejeki, meski ia cenderung angkuh. Tapi rejekinya lancar mengalir, laksana memiliki pohon uang. Begitu saya perhatikan, subhanallah, hormatnya terhadap orangtua sangat luar biasa. Bukan sekedar hormat sebagaimana lazimnya anak kepada orangtua, tetapi lebih pada pengorbanan untuk orangtua. Ia mengutamakan orangtua lebih dari yang lainnya, terutama sekali dalam hal memberi materi kepada mereka. Bila perlu hidup lebih menderita asal orangtua bisa tersenyum, tercukupi sandang dan pangannya.
Ketika saya berumur 27 tahun pada tahun 1995, baru saja memiliki anak yang kedua, aku mendapatkan rejeki cukup besar, hampir 40 juta. Ada dua pilihan terhadap uang tersebut: (1) membeli rumah di Depok mengingat saya masih ngontrak di sebuah gang sempit di Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, atau (2) membangun rumah orangtua, yang saat itu masih dibuat dari gedek atau anyaman bambu dan berlantaikan tanah, serta sudah mau roboh karena sudah tua. Setelah meminta ijin dari istri seraya berjanji pada umur 30 sudah punya rumah untuk anak dan istri, aku serahkan uang tersebut pada orangtua untuk membangun rumah beliau di kampung. Ketika saya berjanji kepada istri, tidak ada gambaran sama sekali dari mana kelak mendapatkan uang untuk membeli rumah tersebut. Yang terbersit, saya akan bekerja lebih giat lagi, terutama dalam memanfaatkan jaringan yang sudah lama aku bentuk, baik dengan kawan-kawan alumni luar negeri, dengan sesama aktifis Islam, maupun kawan-kawan baru yang ketemu di Jakarta.
Ajaib, subhanallah! Dua bulan setelah ulang tahun yang ke-28, aku membeli rumah di daerah Rawajati juga (beda RT dengan rumah kontrakan), seharga Rp 76 juta: Uang itu didapat dari simpanan sebesar Rp 18 juta dari hasil proyek membuat website sebuah lembaga di Jakarta, 50 juta pinjaman dari bos di kantor Berpolitik.com, dan 30 juta pinjaman dari kakak ipar yang sedang belajar di New Zaeland. Sisa uang untuk merehab rumah. Sejak itu, aku merasakan, pintu-pintu rejeki dibukakan lebar-lebar kepadaku dan keluargaku. - Memperbanyak silaturahmi. Dalam dunia modern, membangun networking atau jaringan. Saya adalah orang yang percaya, setiap menambah kenalan baru, pasti ada suatu urusan yang kelak membutuhkan kenalan baru tersebut, entah kapan waktunya. Allah tidak pernah membuat keputusan yang sia-sia bagi seluruh perjalanan hidup makhluk-Nya. Di antara jutaan bahkan miliaran manusia, kenapa si fulan yang didatangkan Allah kepadaku? Demikian aku sering bertanya pada diri sendiri. Tentu ada maksud dan manfaatnya kelak. Maka, kepada orang tersebut aku harus menjalin hubungan dengan baik, dan aku harus menjaga hubungan tersebut dengan baik pula. Kalau kita tidak menjaganya, maka hubungan itu akan putus atau layu. Akibatnya, jaringan ke arah fulan tersebut menjadi rusak. Demikian aku menghayati ujaran Nabi Muhammad saw, bahwa silaturahmi mendatangkan rejeki.
- Rajin bersedekah. Sebagai orang Islam yang percaya dengan ujaran Al-Quran, setiap nafkah (infaq) yang kita keluarkan akan dibalas 700 kali lipat. Amal yang satu ini merupakan salah satu alat untuk memperbesar daya tampung rejeki kita.
Seorang kawan baik, Tabrani Sabirin, pengurus majelis Tabligh PP Muhammadiyah pada periode Ahmad Syafii Maarif, menceritakan adanya seorang warga Muhammadiyah yang menabung untuk biaya berobat anaknya ke China. Lama menabung tidak juga mencukupi. Akhirnya diputuskan, uang yang ada disedekahkan. Setiap datang rejeki baru, dia bersedekah lagi. Terus ia lakukan berulang-ulang, dengan satu kepercayaan bahwa bersedekah justru memperkaya diri. Akhirnya, pada suatu hari, datang telepon dari seseorang yang menawarkan pengobatan anaknya ke China: gratis!! Seluruh biaya perjalanan dan pengobatan ditanggung oleh orang tersebut. Subhanallah.
Ketiga amal baik di atas merupakan ajaran semua agama, baik agama-agama langit atau samawi seperti Yahudi, Kristen, dan Islam, maupun agama bumi seperti Hindu, Budha, atau Khong Hu Chu. Itu kenapa, rejeki diberikan kepada siapa saja, kepada seluruh manusia dan makhluk lainnya, tanpa adanya pertimbangan-pertimbangan suku, agama, mapun ras, dengan jumlah yang bervariasi sesuai dengan daya tampung manusia itu sendiri dalam menerimanya.
Thursday, June 01, 2006
Hegemoni Asing di Indonesia
Skenario yang Belum (Akan) Berakhir /1
Oleh:Budi Santosa /2
/1 Disampaikan pada Diskusi tentang "Hegemoni Asing di Indonesia", diselenggarakan oleh Mantan PII Muda, Jum'at, 19 Mei 2006, di Hotel Le Meridien, Jakarta
/2 Buruh Riset, tinggal di Tangerang
/3 Bank Dunia (World Bank) yang aslinya bernama International Bank for Reconstruction and Development/IBRD, bersama-sama dengan IMF, didirikan di Bretton Woods, sebuah kota kecil di negara bagian New Hampshire, Amerika Serikat, pada bulan Juli 1944. Ia dibentuk oleh 44 negara yang pada waktu itu bermaksud untuk menciptakan sebuah dunia yang damai dengan ekonominya yang makmur dan merata, akibat trauma dua perang dunia. Pertemuan Bretton Woods yang berlangsung dalam suasana untuk menciptakan sebuah tatanan dunia yang damai dan makmur tersebut, selain membentuk Bank Dunia juga menyepakati berdirinya IMF (International Monetary Fund/Dana Moneter Internasional). Kedua lembaga ini pada mulanya didirikan dengan tujuan membantu membangun kembali ekonomi Eropa setelah kehancuran Perang Dunia II, yang kemudian diperluas dengan memberi pinjaman pembangunan kepada negara-negara Dunia Ketiga.
/4 Erpan Faryadi, "WTO, Bank Dunia dan IMF: Konspirasi Penyebab Kebangkrutan Negara Dunia Ketiga", www.google.com.
/5 Negara-negara yang menjadi anggota Bank Dunia terutama adalah negara-negara yang kini tergabung dalam kelompok G7.
/6 Bank Information Center, "Tanya dan Jawab Tentang Pinjaman Bank Dunia", Panduan untuk Aktivis, Nomor 5.
/7 Haluan kebijakan pemerintah AS ini dapat dicermati dari dokumen resmi mereka yang bertajuk "The National Security Strategy of The USA" yang diterbitkan pada September 2002.
/8 James Petras dan Henry Veltmeyer, Imperialsime Abad 21, Kreasi Wacana, Yogakarta, 2002.
/9 Bonnie Setiawan, "At The End of Globalization, We are All Dead", dalam www.google.com.
/10 Selama periode 1970 hingga 1980 tercatat dua kali pemerintah mengambil kebijakan devaluasi. Yang pertama pada Agustus 1971 di mana rupiah diturunkan nilainya dari 378/US$1 menjadi 415/US$1 (9,8%). Dan kedua pada Nopember 1978, Rupiah kembali didenominasi dari 415/US$1 menjadi 625/US$1 (33%).