Tuesday, November 28, 2006

Machmud

Bandahara Soekarno-Hatta Terminal Kedatangan 1C, pukul 21.00 lewat sedikit, Senin 27/11, sepulang dari Surabaya, saya memilih taksi yang nampak terbaru. Kudapatkan taksi warna kuning, Taxiku.

Begitu kulihat ke arah sopir, setelah taksi melaju, aku sedikit kaget. Dari samping belakang kulihat sopir taksi terlihat sudah sangat tua, seperti melihat Pramoedya Ananta Toer. Dengan spontan dan sopan aku tanyakan berapa umurnya. Ia jawab, ”Umur saya 69 tahun.” Mungkin ia termasuk sopir tertua di Jakarta.

Luar biasa. Dengan umur yang terbilang sudah sangat tua, jika tidak ada hambatan, dia melajukan kendaraannya dengan kecepatan rata-rata 80 hingga 100 kilometer per jam. Tentu saja aku sedikit cemas, khawatir sopir yang sudah tua itu tidak bisa mengontrol laju kendaraan.

Lalu aku lihat nama pengendara taksi tersebut. Machmud namanya. Sambil bercanda aku bertanya, ”Bapak ini Machmud saja, atau AT Machmud?” Dia lantas menjawab, kalau AT Mahmud itu penyanyi.

Lalu dia bercerita, sudah lebih dari 30 tahun ia membawa taksi. Ia sudah bekerja di hampir seluruh perusahaan taksi yang ada di Jakarta. Sebelum itu, ia hanyalah seorang tukang cangkul dari Cirebon yang merantau ke Jakarta. Ia memiliki seorang istri, seorang anak perempuan, dan seorang cucu perempuan yang akan segera menikah Januari 2007 nanti. Ia merasa bersyukur bisa membangun keluarga dengan baik meski hidup dengan serba kekurangan.

”Mata saya, telinga saya, seluruh tubuh saya masih sehat dan bekerja dengan baik,” katanya. Saya langsung percaya melihat dari caranya membawa mobil yang cukup kencang. ”Penyakit saya cuma satu, dari dulu, yaitu kanker alias kantong kering,” lanjutnya sambil bercanda. Untuk menjaga agar tidak pikun, ia harus terus bekerja, di samping memang ia harus menafkahi istrinya tercinta, yang umurnya juga sudah lebih dari 60 tahun.

Lalu ia bercerita soal istrinya. Istrinya terlihat jauh lebih tua dari dirinya. Tapi ia sangat menyayangi dan berusaha untuk selalu setia. Ia tidak ingin menyakiti hati istrinya. ”Dia telah menemani hidup saya lebih dari 45 tahun dengan hidup serba pas-pasan. Bagaimana bisa saya meninggalkan istri saya? Bagaimana bisa saya menyakiti istri saya?” tuturnya. Sayapun iseng bertanya, ”Memang ”barang” masih bisa berdiri tegak?” Dengan terkekeh dia menjawab tegas, ”Masih dong... Kalau lagi pas ”kepengin” saya langsung pulang menemui istri, sampai sekarang ini.”

[Cerita ini untuk mengingatkan para mantan aktifis yang menjadi pengusaha atau politisi, yang biasanya tergoda dengan istri muda begitu menemui kesuksesan. Di lingkungan mantan aktifis biasa dikenal dengan "istri perjuangan" untuk menyebut istri pertama dan "istri hasil perjuangan" untuk menyebut istri muda.]

Saya lalu bertanya soal kunci hidup sehat sampai tua. Dia sendiri bingung menjawabnya. Berdasarkan sedikit wawancara, saya menyimpulkan kunci hidup sehatnya sebagai berikut:
  1. Hidup ini, secara ekonomi, harus nrimo, menerima apa adanya. Jangan banyak bermimpi di luar kemampuan.
  2. Memiliki sikap mengalah, khususnya sebagai sopir taksi, ia praktekkan dalam sikapnya terhadap pengguna jalan yang lain. Kalau ada yang menyerebot jalan, ia justri memberi jalan.
  3. Easy going. Jangan terlalu serius memikirkan masalah. Menurut dia, kalau ada masalah yang memang tidak bisa dipecahkan, tinggal saja urusannya. Kalau kepala pusing, bawa saja tidur, katanya.
  4. Banyak makan sayur. Meski banyak kesempatan makan daging di warung-warung jalanan yang ia singgahi selama menjadi sopir taksi, ia lebih memilih makan sayur, tahu, dan tempe.
  5. Jangan malas bekerja. Berhenti bekerja menyebabkan badan badan justru menjadi mudah sakit.
Tidak terasa, menjelang pukul 22.00, taksi sudah sampai rumahku di Kalibata.

1 comment:

Anonymous said...

”Dia telah menemani hidup saya lebih dari 45 tahun dengan hidup serba pas-pasan. Bagaimana bisa saya meninggalkan istri saya? Bagaimana bisa saya menyakiti istri saya?” tuturnya.

menyentuh sekali. bahkan jika kita ganti angka 45-nya menjadi 3, atau 1. apa lagi jika "kita" tahu, sang istri sadar dirinya punya "pilihan" selama kurun "menemani" itu.

menyentuh sekali....