Wednesday, October 11, 2006

Peluang Bisnis Baru

Senin 9/10 pagi pukul 11, Budi Uang telepon. Nampaknya dari pagi ia sudah mencoba menghubungi saya. Telepon rumah dua-duanya silih berganti berdering-dering sejak pagi, tapi tidak saya angkat karena saya pikir, kalau mau menghubungi saya kenapa tidak lewat handphone?

Budi kembali meminta perusahaan yang mau mengajukan kredit. Saya menjawab, tidak kurang-kurang saya halo-halo kepada beberapa kawan lainnya, tapi belum ada yang respons.

Ya bagaimana, mencari perusahaan yang membutuhkan kredit puluhan miliar tentu tidak mudah. Tempo hari ada kawan di Medan mengajukan kredit untuk perluasan kebun sawit, tapi hitungannya sedikit ngawur. Dia mengajukan biaya Rp 37 juta per hektar, sementara lazimnya hanya berkisar antara Rp 20 hingga 25 juta per hektar. Kalau mulanya sudah ngawur, orang menjadi takut untuk membantu. Sekarang ini lebih baik prudent, daripada nanti terseret-seret perkara di kemudian hari.

***

Kawanku yang mantan Dirut Bapindo Sekuritas, Koko, bulan lalu telepon mencari investor jalan tol. Proyek itu membutuhkan investor dalam negeri yang mau menyetor modal tunai sebesar Rp 600 miliar dengan porsi share 60% minus konsesi untuk konsultan yang akan dibicarakan kemudian. Pihak asing sudah ada yang siap menyetor Rp 400 miliar dengan porsi share 40%. Jatah share untuk konsultan (timnya Koko) berkisar antara 10% hingga 20% yang diambil dari investor dalam negeri, dengan kewajiban mereka akan mendatangkan modal kerja hingga sebesar Rp 1 triliun.

Bulan lalu pula, kawanku, Mas Herman, telepon meminta dicarikan proyek yang bonafide untuk dibiayai oleh bosnya. Seperti pucuk dicinta ulam tiba, begitu ada proyek tol lingkar luar-luar Jakarta (outer outer ringroad) ditawarkan, segera saya teruskan kepada kawanku yang satu ini. Prinsipnya minat, hanya ada kendala pada porsi share yang harus dibagi pada konsultan. Kalau bossnya Mas Herman bisa menyediakan modal kerja sendiri, tidak perlu bantuan konsultan, apa bisa investor dalam negeri ini mendapatkan full 60%? Bossnya Mas Herman juga menanyakan kemungkinan kepemilikan share lebih dari 60%.

Memang agak sulit. Kawanku yang eks Dirut Bapindo Sekuritas ini tidak sedang mencari fee, tapi mencari share dalam proyek ini. Kalau saya, frankly speaking, tingkatnya masih mencari fee :)

Minggu lalu ada kabar, proyek tol ini ditunda, jadi pembicaraan juga ditunda. Selama masa penundaan, masing-masing pihak, baik konsultan maupun investor dalam negeri, bisa memikirkan bentuk kompromi yang mungkin bisa dicapai.

***

Selasa 10/10, Yogi memberi kabar, menantu bosnya mau muterin duit Rp 100 miliar untuk proyek plantation, terutama sawit. Koko, yang sejak keluar dari bank pemerintah menggeluti usaha perkebunan, terutama pada usaha pembelian perusahaan sawit yang dalam kondisi sakit, kemudian diperbaiki lalu dijual, segera saya hubungi. Hari ini dia akan menawarkan satu lokasi kebun sawit yang mungkin bisa ditawarkan lewat Yogi. Siapa tahu barcok, alis barang cocok. Who knows?

No comments: