Tuesday, October 17, 2006

Lebaran yang Suram

Lebaran adalah momen kegembiraan. Lebaran adalah sebutan untuk hari raya ummat Islam yang disebut sebagai Idul Fitri. Hari itu jatuh setiap tanggal 1 Syawal dalam penanggalan kalender Hijriah, yang pada tahun ini bertepatan dengan tanggal 23 Oktober 2006. Hari itu jatuh tepat setelah berakhirnya Ramadhan, setelah ummat Islam berpuasa sebulan penuh.

Lebaran memang harus dirayakan dengan penuh kegembiraan. Namun, lebaran kali ini nampaknya agak suram. Istilah tepatnya mungkin agak memprihatinkan. Banyak kawan-kawan mengeluh menghadapi lebaran kali ini. Hingga hari ini, banyak kawan-kawan yang belum memiliki bekal untuk merayakan hari yang berbahagia itu. Untuk saya pribadi, anak-istri, ibu dan adik-adik, lebaran tidak masalah. THR (tunjangan hari raya) untuk sopir dan pembantu, guru-guru dan tukang kebun di sekolah anak-anak, juga tidak masalah. Alhamdulillah. Tetapi melihat kawan-kawan terkapar, dada saya turut sesak rasanya. Ingin saya membantu, tetapi saya sendiri tidak memiliki dana yang longgar atau berlebih pada lebaran kali ini.

Istri saya mengatakan, tidak perlu pusing memikirkan kawan-kawan kalau memang tidak ada. Istriku tentu tidak salah. Itu adalah ungkapan rasa sayang seorang istri kepada suami. Tapi saya tidak bisa bersikap seperti itu. Saya harus berusaha membantu meringankan beban kawan-kawan, terutama kawan-kawan yang dekat dengan saya.

Saya mungkin hanya bisa membantu beberapa kawan saja. Sementara, yang datang minta THR lebih dari itu. Ada kawan yang dulu sangat liquid, jika saya minta uang 100 atau 200 juta bisa ia sediakan dalam 1 atau 2 hari, kini seperti terbalik roda kehidupannya. Kali ini ia datang meminta bantuan. Ada yang langsung bertanya, kapan bagi-bagi THR. Ada senior yang sms:

"Mi, mau lebaran Abang pusing kepala, tolong kirimi Abang obat pusing. Ini nomor rekeningnya XXX-XXXXXXXXXX"



Ada yang meminta dengan halus melalui cerita , "Aku pulang dengan apa saja tidak masalah, yang penting sampai ke kampung halaman ketemu sanak saudara."

Memang, kegembiraan lebaran tidak hanya diukur dari materi, apalagi harus dengan materi yang berlebihan. Tetapi, untuk bisa berlebaran di kampung dengan naik kereta ekonomi serta bisa makan ketupat dan opor ayam, tentu tidak berlebihan. Bolehlah orang bersedih untuk kegagalan menyediakan yang mendasar seperti ini.

Pada akhirnya, perlu juga menggunakan pepatah dalam ujaran agama Budha, "Kalau kau tidak mampu menyelesaikan masalah, biarkan waktu yang akan menyelesaikannya." Memang, segala kegundahan ini akan berakhir dengan sendirinya begitu hari H lebaran tiba.

No comments: