Dua bulan lalu aku membeli novel berjudul Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari. Kebetulan, aku termasuk penggemar karya-karya Ahmad Tohari. Buku Ahmad Tohari lainnya yang sudah aku baca adalah Rongeng Dukuh Paruk. Untuk novel trilogi ini aku bahkan membelinya sampai 2 kali; ketika masih terpisah-pisah dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala serta kemudian ketika novel-novel tersebut diterbitkan menjadi satu buku dengan judul Rongeng Dukuh Paruk (Trilogi).
Buku Orang-orang Proyek yang ditulis dengan latar belakang tahun 1991 ini bercerita tentang seorang insinyur yang juga mantan aktivis di kampusnya. Banyak sisi cerita dari novel ini yang bisa dilihat, tapi saya ingin menceritakan sisi buruk permainan orang-orang proyek pemerintah. Novel ini menceritakan kegalauan insinyur aktifis tadi ketika membangun sebuah jembatan di sebuah desa yang terputus sejak tahun 1945 karena dibom oleh para pejuang republik untuk menghambat laju musuh. Akibat terputusnya jembatan itu, penduduk desa seperti terisolasi karena jembatan satu-satunya untuk berhubungan dengan pihak luar terputus. Lama jembatan itu tidak dibangun, baru setelah ada kepentingan sebuah partai penguasa untuk menarik simpati dan suara, jembatan itu dibangun kembali.
Pemerintah sebagai pemilik proyek mendanai pembangunan jembatan ini dari dana pinjaman luar negeri. Itu artinya, kelak masyarakat jugalah yang akan membayar hutang tersebut. Namun pada pelaksanaannnya, banyak ditemukan penyelewengan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun orang-orang partai. Biaya yang seharusnya digunakan untuk pembangunan proyek terpangkas sampai lebih dari separuhnya. Bahkan, rakyat ikut ramai-ramai menggerogoti proyek tersebut karena berkolusi dengan para mandor dan pekerja proyek, melalui jual beli material proyek dengan harga murah. Ini persis seperti cerita kawan saya di Bumiayu, yang agak mirip. Bantuan aspal dari Pemda Brebes kepada kelurahan-keluarahan bukannya digunakan untuk membuat atau memperbaiki jalan, malah dijual murah kepada kontraktor-kontraktor. Lalu kontraktor itu menggunakan aspalnya untuk membangun proyek jalan yang mereka dapatkan dari Pemda Brebes. Praktek ini sungguh gila.
***
Sejujurnya, aku juga pernah hampir 2 tahun bermain proyek. Saat itu aku bermain dalam level yang menurutku "halal", di mana tugasku membantu kontraktor melobi pemerintah agar bisa mendapatkan proyek. Kepada kontraktor aku minta fee 2% hingga 3%, sebuah besaran fee yang menurutku lumrah dalam dunia bisnis. Aku menutup mata terhadap kenyataan, bahwa kontraktor itu masih harus menyisihkan lagi 20-30% untuk para pejabat di pemerintahan tersebut. Belum lagi proyek pengadaan barang, yang harganya bisa disulap dengan rumus: Harga kepada pemerintah = 13/5 x Harga Pasar; di mana jatah untuk pegawai pemerintah bisa mencapai 5/5 alias seharga barang itu sendiri.
Lama aku memikirkan cara mencari uang seperti itu. Aku merasa, bahwa uang yang dihasilkan dengan cara seperti itu terbaik adalah syubhat dan terjelek --tentu saja-- haram. Itulah sebabnya, aku pernah menulis di blog ini, setahun yang lalu, keinginanku kembali ke kampung untuk menjadi guru yang aku pikir lebih menentramkan dan lebih berkah.
Tetapi, kembali ke kampung juga tidak mungkin. Istriku tidak siap. Anakku yang tuna rungu juga harus disekolahkan dengan baik, dan sekolah itu adanya di Jakarta. Dan memang, "bermain proyek" bukan satu-satunya pekerjaanku di Jakarta. Banyak pekerjaan lainnya yang betul-betul terkait dengan bisnis dan harga yang wajar.
Akhirnya aku memutuskan untuk berdoa, dengan harap-harap cemas, agar aku dijauhkan dari uang-uang proyek, agar aku dijauhkan dari pekerjaan yang sumbernya adalah APBN dan APBD. Doa ini sering aku panjatkan bahkan jauh sebelum aku membeli buku Orang-orang Proyek itu. Itu sebabnya, beberapa bulan lalu ketika diminta menjadi bakal calon Wakil Bupati Brebes oleh seorang kontraktor untuk dipasangkan dengan tokoh lainnya yang sedang dipersiapkan menjadi bakal calon Bupati Brebes, yang pemilihannya akan dilaksanakan pada September 2007 ini, aku pun berani menolaknya seketika itu juga. Orang menduga aku menolak karena lebih enak hidup di Jakarta daripada di Brebes, padahal aku menolak karena aku ingin menjauhi dunia APBN dan APBD.
Saya berharap kepada kemurahan Tuhan sebagaimana firmanNya:
"Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada di dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat." (QS Al-Isra' 25)
Buku Orang-orang Proyek yang ditulis dengan latar belakang tahun 1991 ini bercerita tentang seorang insinyur yang juga mantan aktivis di kampusnya. Banyak sisi cerita dari novel ini yang bisa dilihat, tapi saya ingin menceritakan sisi buruk permainan orang-orang proyek pemerintah. Novel ini menceritakan kegalauan insinyur aktifis tadi ketika membangun sebuah jembatan di sebuah desa yang terputus sejak tahun 1945 karena dibom oleh para pejuang republik untuk menghambat laju musuh. Akibat terputusnya jembatan itu, penduduk desa seperti terisolasi karena jembatan satu-satunya untuk berhubungan dengan pihak luar terputus. Lama jembatan itu tidak dibangun, baru setelah ada kepentingan sebuah partai penguasa untuk menarik simpati dan suara, jembatan itu dibangun kembali.
Pemerintah sebagai pemilik proyek mendanai pembangunan jembatan ini dari dana pinjaman luar negeri. Itu artinya, kelak masyarakat jugalah yang akan membayar hutang tersebut. Namun pada pelaksanaannnya, banyak ditemukan penyelewengan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun orang-orang partai. Biaya yang seharusnya digunakan untuk pembangunan proyek terpangkas sampai lebih dari separuhnya. Bahkan, rakyat ikut ramai-ramai menggerogoti proyek tersebut karena berkolusi dengan para mandor dan pekerja proyek, melalui jual beli material proyek dengan harga murah. Ini persis seperti cerita kawan saya di Bumiayu, yang agak mirip. Bantuan aspal dari Pemda Brebes kepada kelurahan-keluarahan bukannya digunakan untuk membuat atau memperbaiki jalan, malah dijual murah kepada kontraktor-kontraktor. Lalu kontraktor itu menggunakan aspalnya untuk membangun proyek jalan yang mereka dapatkan dari Pemda Brebes. Praktek ini sungguh gila.
Sejujurnya, aku juga pernah hampir 2 tahun bermain proyek. Saat itu aku bermain dalam level yang menurutku "halal", di mana tugasku membantu kontraktor melobi pemerintah agar bisa mendapatkan proyek. Kepada kontraktor aku minta fee 2% hingga 3%, sebuah besaran fee yang menurutku lumrah dalam dunia bisnis. Aku menutup mata terhadap kenyataan, bahwa kontraktor itu masih harus menyisihkan lagi 20-30% untuk para pejabat di pemerintahan tersebut. Belum lagi proyek pengadaan barang, yang harganya bisa disulap dengan rumus: Harga kepada pemerintah = 13/5 x Harga Pasar; di mana jatah untuk pegawai pemerintah bisa mencapai 5/5 alias seharga barang itu sendiri.
Lama aku memikirkan cara mencari uang seperti itu. Aku merasa, bahwa uang yang dihasilkan dengan cara seperti itu terbaik adalah syubhat dan terjelek --tentu saja-- haram. Itulah sebabnya, aku pernah menulis di blog ini, setahun yang lalu, keinginanku kembali ke kampung untuk menjadi guru yang aku pikir lebih menentramkan dan lebih berkah.
Tetapi, kembali ke kampung juga tidak mungkin. Istriku tidak siap. Anakku yang tuna rungu juga harus disekolahkan dengan baik, dan sekolah itu adanya di Jakarta. Dan memang, "bermain proyek" bukan satu-satunya pekerjaanku di Jakarta. Banyak pekerjaan lainnya yang betul-betul terkait dengan bisnis dan harga yang wajar.
Akhirnya aku memutuskan untuk berdoa, dengan harap-harap cemas, agar aku dijauhkan dari uang-uang proyek, agar aku dijauhkan dari pekerjaan yang sumbernya adalah APBN dan APBD. Doa ini sering aku panjatkan bahkan jauh sebelum aku membeli buku Orang-orang Proyek itu. Itu sebabnya, beberapa bulan lalu ketika diminta menjadi bakal calon Wakil Bupati Brebes oleh seorang kontraktor untuk dipasangkan dengan tokoh lainnya yang sedang dipersiapkan menjadi bakal calon Bupati Brebes, yang pemilihannya akan dilaksanakan pada September 2007 ini, aku pun berani menolaknya seketika itu juga. Orang menduga aku menolak karena lebih enak hidup di Jakarta daripada di Brebes, padahal aku menolak karena aku ingin menjauhi dunia APBN dan APBD.
Saya berharap kepada kemurahan Tuhan sebagaimana firmanNya:
"Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada di dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat." (QS Al-Isra' 25)
1 comment:
Saya tertarik dengan novel Orang - Orang Proyek, ada link downloadnya gak ya ato kalo mo cari dimana ya ?
Post a Comment