Friday, June 29, 2007

Achmad S. Salam di Total

Setelah melewati masa percobaan selama 3 bulan, kini Achmad Saifoel Salam sudah mulai kerja secara permanen di perusahaan minyak Total untuk masa kontrak 3 tahun ke depan. Keluarganya, istri beserta 4 anak-anaknya, sudah diboyong ke Balikpapan, 2 minggu yang lalu.

Tampak dalam gambar, Sidqi (kiri) dan Faiz, dua anaknya yang terkecil untuk sementara ini --karena Achmad, katanya, pengin nambah 3 anak lagi :).

Saturday, June 23, 2007

Nasehat Warren Buffet

Warren Buffet, orang terkaya nomor 2 menurut majalah Forbes, dan telah menyumbangkan kekayaannya sebesar US$ 31 billion, sebagian besar sumbangan diberikan kepada Gates Foundation, memberikan nasehat:
  1. Money doesn't create man but it is the man who created money. (Uang tidak menciptakan manusia, tetapi manusialah yang menciptakan uang-- jangan diperbudak uang kali ye maksudnye?)
  2. Live your life as simple as you are. (Hiduplah sesederhana mungkin.)
  3. Don't do what others say, just listen them, but do what you feel good. (Jangan turuti apa kata orang, dengarkan saja, lakukan apa yang kamu rasakan terbaik.)
  4. Don't go on brand name; just wear those things in which u feel comfortable. (Jangan silau dengan merek; pakailah yang paling nyaman untuk dirimu --meskipun itu dari Cibaduyut kali ye?)
  5. Don't waste your money on unnecessary things; just spend on them who really in need rather. (Jangan hambur-hamburkan uangmu pada hal yang tidak perlu, gunakan pada hal-hal yang memang diperlukan.)
  6. After all it's your life then why give chance to others to rule our life. (Lagian, ini hidup lo, ngapain ngasih kesempatan orang lain untuk ngatur-ngatur kite? Jangan mau diatur uang, diatur orang lain, apalagi diatur merek.)"

Tuesday, June 19, 2007

Say No To No

Isn't it high time someone got negative about negativity?
Yes it is.
Look around. The world is full of things that, according to nay-sayers, should never have happened.
"Impossible."
"Impractical."
"No."
And yet "yes."
Yes, continents have been found.
yes, men have played golf on the moon.
Yes, straw is being turned into biofuel to power cars.
Yes, yes, yes.
What does it take to turn no into yes?
Curiosity. An open mind. A willingness to take risks.

[Penggalan iklan Shell pada majalah Fortune No 11, diplay until July 2, 2007, halaman 6-7.]

Orang-orang Proyek

Dua bulan lalu aku membeli novel berjudul Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari. Kebetulan, aku termasuk penggemar karya-karya Ahmad Tohari. Buku Ahmad Tohari lainnya yang sudah aku baca adalah Rongeng Dukuh Paruk. Untuk novel trilogi ini aku bahkan membelinya sampai 2 kali; ketika masih terpisah-pisah dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala serta kemudian ketika novel-novel tersebut diterbitkan menjadi satu buku dengan judul Rongeng Dukuh Paruk (Trilogi).

Buku Orang-orang Proyek yang ditulis dengan latar belakang tahun 1991 ini bercerita tentang seorang insinyur yang juga mantan aktivis di kampusnya. Banyak sisi cerita dari novel ini yang bisa dilihat, tapi saya ingin menceritakan sisi buruk permainan orang-orang proyek pemerintah. Novel ini menceritakan kegalauan insinyur aktifis tadi ketika membangun sebuah jembatan di sebuah desa yang terputus sejak tahun 1945 karena dibom oleh para pejuang republik untuk menghambat laju musuh. Akibat terputusnya jembatan itu, penduduk desa seperti terisolasi karena jembatan satu-satunya untuk berhubungan dengan pihak luar terputus. Lama jembatan itu tidak dibangun, baru setelah ada kepentingan sebuah partai penguasa untuk menarik simpati dan suara, jembatan itu dibangun kembali.

Pemerintah sebagai pemilik proyek mendanai pembangunan jembatan ini dari dana pinjaman luar negeri. Itu artinya, kelak masyarakat jugalah yang akan membayar hutang tersebut. Namun pada pelaksanaannnya, banyak ditemukan penyelewengan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun orang-orang partai. Biaya yang seharusnya digunakan untuk pembangunan proyek terpangkas sampai lebih dari separuhnya. Bahkan, rakyat ikut ramai-ramai menggerogoti proyek tersebut karena berkolusi dengan para mandor dan pekerja proyek, melalui jual beli material proyek dengan harga murah. Ini persis seperti cerita kawan saya di Bumiayu, yang agak mirip. Bantuan aspal dari Pemda Brebes kepada kelurahan-keluarahan bukannya digunakan untuk membuat atau memperbaiki jalan, malah dijual murah kepada kontraktor-kontraktor. Lalu kontraktor itu menggunakan aspalnya untuk membangun proyek jalan yang mereka dapatkan dari Pemda Brebes. Praktek ini sungguh gila.

***

Sejujurnya, aku juga pernah hampir 2 tahun bermain proyek. Saat itu aku bermain dalam level yang menurutku "halal", di mana tugasku membantu kontraktor melobi pemerintah agar bisa mendapatkan proyek. Kepada kontraktor aku minta fee 2% hingga 3%, sebuah besaran fee yang menurutku lumrah dalam dunia bisnis. Aku menutup mata terhadap kenyataan, bahwa kontraktor itu masih harus menyisihkan lagi 20-30% untuk para pejabat di pemerintahan tersebut. Belum lagi proyek pengadaan barang, yang harganya bisa disulap dengan rumus: Harga kepada pemerintah = 13/5 x Harga Pasar; di mana jatah untuk pegawai pemerintah bisa mencapai 5/5 alias seharga barang itu sendiri.

Lama aku memikirkan cara mencari uang seperti itu. Aku merasa, bahwa uang yang dihasilkan dengan cara seperti itu terbaik adalah syubhat dan terjelek --tentu saja-- haram. Itulah sebabnya, aku pernah menulis di blog ini, setahun yang lalu, keinginanku kembali ke kampung untuk menjadi guru yang aku pikir lebih menentramkan dan lebih berkah.

Tetapi, kembali ke kampung juga tidak mungkin. Istriku tidak siap. Anakku yang tuna rungu juga harus disekolahkan dengan baik, dan sekolah itu adanya di Jakarta. Dan memang, "bermain proyek" bukan satu-satunya pekerjaanku di Jakarta. Banyak pekerjaan lainnya yang betul-betul terkait dengan bisnis dan harga yang wajar.

Akhirnya aku memutuskan untuk berdoa, dengan harap-harap cemas, agar aku dijauhkan dari uang-uang proyek, agar aku dijauhkan dari pekerjaan yang sumbernya adalah APBN dan APBD. Doa ini sering aku panjatkan bahkan jauh sebelum aku membeli buku Orang-orang Proyek itu. Itu sebabnya, beberapa bulan lalu ketika diminta menjadi bakal calon Wakil Bupati Brebes oleh seorang kontraktor untuk dipasangkan dengan tokoh lainnya yang sedang dipersiapkan menjadi bakal calon Bupati Brebes, yang pemilihannya akan dilaksanakan pada September 2007 ini, aku pun berani menolaknya seketika itu juga. Orang menduga aku menolak karena lebih enak hidup di Jakarta daripada di Brebes, padahal aku menolak karena aku ingin menjauhi dunia APBN dan APBD.

Saya berharap kepada kemurahan Tuhan sebagaimana firmanNya:
"Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada di dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat." (QS Al-Isra' 25)

Wednesday, June 13, 2007

REG HIKMAH

Awal Juli 2007, Insya Allah sudah bisa dioperasikan program layanan sms yang baru, melalui nomor layanan 3545. Sebut saja namanya REG HIKMAH, karena untuk registrasi atau berlangganan layanan ini, pelanggan harus mengirim sms dengan isi REG HIKMAH dan kirim ke 3545. Program ini menyediakan berbagai hadiah, yaitu 10 Haji ONH Plus, 20 Umroh Bareng UJ (Ustadz Jefri), dan 20 Tabungan Syariah.

Hadiah diberikan kepada pelanggan yang memiliki poin terbanyak. Dari mana pelanggan mengumpulkan poin? Pertama, dari pertanyaan yang akan rutin dikirim setiap 3 hari sekali. Setiap pelanggan yang memberikan jawaban benar akan diberi nilai. Kedua, dari pemanfaatan mesin pencari atau search engine indeks Al-Quran dan Hadis. Pelanggan yang memanfaatkan fasilitas search engine untuk mencari daftar ayat Al-Quran atau daftar Hadis sesuai kata kunci, mereka akan mendapat poin tambahan.

Pelanggan yang mengikuti program ini setiap hari akan dikirimi secara bergantian 1 ayat Al-Quran, 1 hadis Bukhari-Muslim, dan 1 pertanyaan seputar agama Islam. Ayat atau hadis yang dikirim tersebut bisa terdiri dari 1 atau 2 sms, tergantung dari panjang pendeknya ayat atau hadis yang dikirimkan.

Selasa (12/6) kemarin di restoran Sushi Tei, Plasa Senayan, perjanjian antara saya sebagai pemilik database dan perusahaan content provider pemilik nomor layanan 3545 ditandatangi. Tampak dalam gambar Verry Budiyanto (kiri) mewakili perusahaan sedang bersalaman dengan Fami Fachrudin.

Sunday, June 10, 2007

Shalat Maghrib di Masjid

Rasanya sudah cukup lama, aku tidak menikmati shalat maghrib berjamaah di masjid. Setiap Senen-Jumat, pada jam-jam itu, kesibukanku sedang pada kondisi peak. Maklum, jam kerjaku baru dimulai setelah orang kantoran pulang. Pada hari libur, Sabtu-Minggu, pada jam-jam itu aku sedang bersama anak-anak jalan ke mal, Ancol, Taman Mini, Taman Safari, atau ke mana saja tempat di mana aku bisa menemani anak-anakku bermain.

Dua hari ini, karena anak-anak akan menghadapi ujian kenaikan kelas, mereka sibuk belajar di rumah. Dua hari ini, tidak ada kegiatan jalan-jalan. Hari ini, begitu mendengar suara adzan maghrib, aku langsung lari ke masjid. Dalam perjalanan dari rumah ke masjid, yang berjarak sekitar 100 meter, pikiranku melayang, teringat masa kecilku di desa Dukuhturi, Bumiayu, di mana aku dulu tinggal bersama nenek, yang rumahnya berjarak tidak lebih dari 50 dari masjid Agung Baiturrahim. Rumahku sekarang, dengan rumah nenek dulu, kebetulan sama-sama berada di sebelah timur masjid. Dalam perjalanan dari rumah ke masjid, menuju ke arah barat, saya bisa menyaksikan perubahan warna langit yang sangat indah.

Warna langit di atas kubah masjid yang memerah, benar-benar mengingatkanku pada pemandangan yang sama dengan masa-masa kecilku dulu. Mungkin banyak dari kita, yang tidak bisa lagi menikmati pemandangan langit memerah seperti itu. Pemandangan alam yang sebenarnya terjadi setiap hari, tetapi mungkin tidak banyak yang bisa menikmati keindahannya. Mungkin juga malah banyak dari kita, yang tidak memiliki memori semacam itu di masa kecil. Apalagi sekarang, ketika orang-orang banyak yang disibukkan dengan urusan membangun kesuksesan hidup. Pada hari kerja mereka terkurung di dalam gedung-gedung perkantoran, atau sedang terperangkap di dalam mobil atau bus kota atau kendaraan umum lainnya dalam perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Sementara pada hari libur, mereka terkurung di mal-mal atau di rumah-rumah dan vila-vila untuk menikmati waktu istirahat yang terasa begitu mahal di kota metropolitan ini.

Saat aku kecil dulu, bersama anak-anak lainnya, yang tinggal di sekitar masjid dalam radius hingga 300 meter, akan lari ke masjid setiap mendengar suara adzan maghrib. Masjid menjadi tempat berkumpul bagi sebagian besar anak-anak, karena saat itu mungkin belum terlalu banyak orang memiliki TV seperti sekarang ini, di mana TV ada di hampir setiap rumah dan benar-benar telah merubah pola hidup masyarakat. Kala itu, bisa dikatakan tidak banyak hiburan yang bisa ditonton selepas maghrib. Berkahnya, kita menjadi lebih guyub, tidak individualis seperti saat ini.

Selepas shalat maghrib, dahulu, sebagian anak-anak bergerombol dan bermain bersama-sama dengan aneka permainan tradisional yang ada pada saat itu. Di kampung saya, ada banyak permainan tradisional seperti petak umpet (rok cithut), baren, sodor, dan jeketheng. Ada juga permainan yang muncul di setiap bulan Ramadhan, yaitu bermain gledhegan, sebuah mobil-mobilan dengan body mobil terbuat dari bambu sepanjang 50 cm atau lebih, yang diberi 4 atau 6 roda made in Kaliwadas, dan pada ujung depan atasnya diberi obor kecil dari botol bekas kayu putih. Mobil-mobilan ini diberi pendorong sepanjang sekitar 1 meter sehingga bisa didorong anak-anak sambil berjalan mengelilingi jalan-jalan di kampung.

Untuk melukiskan keindahan masa kecil itu, aku sering menyebutnya sebagai "kemewahan dalam kesederhanaan". Ya, kebahagiaan dan keceriaan bisa dinikmati oleh hampir setiap penduduk kampung, tanpa terkecuali, baik yang kaya maupun yang miskin. Suasana makin semarak, keceriaan makin bertambah, di kala bulan sedang purnama.

Berbeda dengan jaman sekarang, keceriaan anak-anak bermain Play Station harus ditebus dengan uang yang tidak sedikit. Belum lagi efek individualisme yang mempengaruhi cara hidup anak-anak sekarang akibat permainan yang tidak bisa dinikmati secara berramai-ramai itu. Tidak seperti permainan baren yang bisa dinikmati sekaligus oleh 20 anak-anak.

***
Begitu aku memasuki masjid, sungguh luar biasa, suasananya benar-benar terasa seperti masa kecil dulu. Aku seperti menemukan kembali suasana batin yang sudah lama sekali hilang dari dalam diriku. Tak jemu-jemu aku memandang suasana di dalam masjid. Aku juga melihat lampu gantungnya, mengingatkanku pada lampu gantung yang sama di masjid kampungku dulu. Aku kembali membayangkan saat diriku masih kecil dulu, ketika shalat maghrib berjamaah di masjid Baiturrahim. Aku benar-benar merasa tenteram. Hatiku benar-benar merasa damai.

Mudah-mudahan kehidupanku tidak dijauhkan dari masjid. Mudah-mudahan aku tidak dilalaikan oleh kehidupan yang fana ini. Amin.

Saturday, June 02, 2007

Kamus Seluler Dapat Investor

Anda sebaiknya percaya laporan Bank Dunia pada hasil evaluasi terhadap 150 negara di dunia pada tahun 1995, bahwa tingkat kesuksesan bisnis modern kira-kira ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:
Gagasan dan Kreatifitas 45%
Jaringan 25%
Teknologi (Profesionalisme) 20%
Capital 10%
Modal uang hanya menempati porsi 10%. Selebihnya: gagasan, jaringan, dan profesionalisme memiliki porsi 90%.

***

Kamis (31/5) kemarin, saya presentasi Kamus Seluler di depan seorang investor dari jam 15.00 hingga 17.00. Hasilnya, alhamdulillah, investor langsung menyatakan minatnya untuk menempatkan dananya sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) pada program tersebut, dengan imbalan kepemilikan saham sebesar 25%. Dana tersebut seluruhnya akan digunakan untuk kepentingan iklan selama setahun penuh.

Kredit Kamus Seluler patut kita berikan kepada Dedi Sopyan (mungkin dia orang Sunda, jadi pakai "p") yang telah bekerja tanpa lelah selama 2 bulan menyusun database Kamus Seluler berbekal 5 buah kamus sebagai modalnya. Juga kepada guru besar saya Dr Chaizi Nasucha, orang yang tidak pernah berhenti untuk membuat ide, salah satunya ide Kamus Seluler ini; sahabat baik saya Ivan Latif, selaku pemilik nomor layanan 3689; dan sesama "desertir" program beasiswa BJ Habibie, Sdr. Ardi Lukianto, programmer kita yang kehandalannya sudah tidak diragukan lagi.

Bagi kawan-kawan yang ingin mencoba layanan Kamus seluler, berikut penjelasan ringkasnya:

Tanpa perlu registrasi terlebih dulu, langsung saja KETIK:
(utk terjemahan indonesian-english)
ie kata
--> contoh: ie makan
(utk terjemahan english-indonesian)
ei word
--> contoh: ei eat
Kirim ke 3689 (
TELKOMSEL dan INDOSAT )


Selamat mencoba!