Selasa 9/5/2006 lalu, makan malam dengan bakso di lapangan Blok S, ditutup dengan minum 2 botol teh botol sosro dingin. Tidak lama sesudahnya, tenggorokan terasa berlendir, hidung terasa ada sumbatan, badan sedikit menggigil.
Malam itu juga, sesudah dari lapangan Blok S, aku mampir ke toko buku Gramedia. Aku beli buku non-fiksi berjudul For God and Country, ditulis berdasarkan pengalaman penulisnya James Yee, seorang kapten angkatan darat Amerika Serikat keturunan China-Amerika. Ia menjadi korban perang melawan terorisme yang disulut oleh para pemimpin negaranya. Padahal selama ini ia merasa sangat patriotik membela bangsanya. Saking asyiknya, aku membaca dari jam 21-an hingga 3 dini hari. Lalu aku tidur.
Jam 5 esoknya, aku sudah bangun, lalu shalat shubuh, dan tidak terasa kantuk. Pikiran masih tertuju pada kegetiran yang dialami James Yee, yang tanpa tahu salahnya dipenjara oleh pemimpin militernya (satu-satunya kesalahan barangkali karena ia beragama Islam), dan secara sistematis dikucilkan oleh rekan-rekan dari dinas militernya, hingga tak tahan ahirnya dia keluar dari dinas militer yang sangat ia mimpikan itu. Siangnya aku demam, perut mual, mulut terasa pahit, kepala pening sekali. Malamnya aku tidur seolah tanpa mimpi. Aku seperti berjalan pada satu arah dengan pemandangan yang sama, tanpa motif, tanpa gambar, tanpa warna.
Tengah malam aku terbangun karena dada terasa sesak. Aku seolah merasa akan mati malam itu. Aku memohon ampun kepada Allah atas segala khilaf dan mungkin janji-janji yang belum sempat aku penuhi. Terutama janjiku pada ayah satu hari sebelum meninggal, untuk memberikan pendidikan yang sebaik-baiknya kepada adik-adik dan menuntun seluruh adik-adik agar bisa hidup layak.
Sampai hari ini, 16/5/2006, badanku masih terasa lemas dan mulut terasa pahit. Kata sahabatku, Lalu Mara Satriawangsa, mungkin aku terkena gejala typhus.
No comments:
Post a Comment