Salah satu kegemaranku adalah mengoleksi jam tangan. Sebenarnya sih bukan koleksi, karena jumlah yang aku miliki juga tidak seberapa. Setidaknya bisa disebut, asesoris yang paling aku sukai adalah jam tangan.
Saat ini aku memiliki 4 jam tangan dengan merk Raymond Weil W1 Chronograph Limited Edition (2001), Nautica Chronograph (2002), Cerruti 1881 Automatic (2004), dan Tissot Men's T-Sport PRS200 Chronograph (2007). Jika Anda mengenal merk-merk jam, maka Anda akan tahu, jam yang saya miliki bukanlah jam tangan mewah yang harganya di atas 10 atau 20 juta. Jam tangan yang aku miliki harganya hanya berkisar antara 2 - 8 juta.
Aku tidak suka dengan cincin batu mulia + berlian yang biasa dipakai para pengusaha, pejabat, atau politisi kaya baru (pkb) --politisi yang saat dilantik menjadi anggota dewan berangkat dengan kijang doyok, tetapi tidak lama setelah dilantik berhias dengan barang-barang mewah entah dengan uang siapa. Aku juga tidak suka dengan asesoris pria lainnya yang terbuat dari emas dan berlian. Mungkin karena sedari kecil sudah dididik, bahwa laki-laki tidak boleh bersolek dengan barang-barang yang terbuat dari emas dan sutra.
Dua minggu lalu, jam tangan merk Nautica, yang aku beli 6 tahun lalu seharga 2 juta itu, diminati seorang teman. Dia ingin membeli jam yang aku pakai. Aku menganjurkan untuk membeli yang baru saja. Katanya, ia sudah datang ke toko jam di Plasa Senayan. Setelah ia tengok, harga-harga jam Nautica sekarang berkisar antara Rp 3 juta. Sebenarnya ia ingin membeli jam tangan baru, apa daya kantong tak sampai. Akhirnya, untuk memenuhi hasrat memiliki jam tangan yang bagus tetapi dana pas-pasan, ia merayu agar aku mau menjual jam tangan Nautica yang aku pakai.
Karena kasihan melihat teman ingin memakai jam bagus, akhirnya aku lepas jam tangan itu dengan harga Rp 1,5 juta. Dari sisi harga jam bekas, mungkin itu cukup tinggi. Tetapi jika aku harus membeli yang baru untuk tidak mengurangi jumlah koleksiku, aku rugi karena harus nomboki.
Untuk mengganti koleksi jam tanganku, selama beberapa hari aku melakukan survei, hingga ketemu jam Cerruti 1881 Roma Chronograph warna hitam dengan pengikat terbuat dari karet (lihat gambar). Jam tangan warna hitam dengan pengikat dari karet seperti itu sebenarnya sudah aku cari selama 3 bulan terakhir ini, tetapi belum ada yang cocok. Awalnya, aku tertarik dengan jam tangan berpengikat karet setelah melihat jam tangan Casio milik Bima, yang saya lihat cukup cantik bertengger di atas pergelangan tangannya. Jam tangan yang aku miliki sebelum ini semuanya memiliki pengikat stainless steel.
Kebetulan, jam Cerruti 1881 Roma Chronograph yang harganya Rp 2,6 juta ini mirip dengan jam tangan Tag Heuer 300M Aquaracer Diver Watch --yang pengikatnya juga terbuat dari karet-- milik Ivan yang harganya di Indonesia di atas Rp 12 juta.
Tanpa pikir panjang akhirnya aku membeli jam Cerruti 1881 type Roma Chronograph tersebut sebagai pengganti jam Nautica yang sudah dibeli oleh temanku itu.
Saat ini aku memiliki 4 jam tangan dengan merk Raymond Weil W1 Chronograph Limited Edition (2001), Nautica Chronograph (2002), Cerruti 1881 Automatic (2004), dan Tissot Men's T-Sport PRS200 Chronograph (2007). Jika Anda mengenal merk-merk jam, maka Anda akan tahu, jam yang saya miliki bukanlah jam tangan mewah yang harganya di atas 10 atau 20 juta. Jam tangan yang aku miliki harganya hanya berkisar antara 2 - 8 juta.
Aku tidak suka dengan cincin batu mulia + berlian yang biasa dipakai para pengusaha, pejabat, atau politisi kaya baru (pkb) --politisi yang saat dilantik menjadi anggota dewan berangkat dengan kijang doyok, tetapi tidak lama setelah dilantik berhias dengan barang-barang mewah entah dengan uang siapa. Aku juga tidak suka dengan asesoris pria lainnya yang terbuat dari emas dan berlian. Mungkin karena sedari kecil sudah dididik, bahwa laki-laki tidak boleh bersolek dengan barang-barang yang terbuat dari emas dan sutra.
Dua minggu lalu, jam tangan merk Nautica, yang aku beli 6 tahun lalu seharga 2 juta itu, diminati seorang teman. Dia ingin membeli jam yang aku pakai. Aku menganjurkan untuk membeli yang baru saja. Katanya, ia sudah datang ke toko jam di Plasa Senayan. Setelah ia tengok, harga-harga jam Nautica sekarang berkisar antara Rp 3 juta. Sebenarnya ia ingin membeli jam tangan baru, apa daya kantong tak sampai. Akhirnya, untuk memenuhi hasrat memiliki jam tangan yang bagus tetapi dana pas-pasan, ia merayu agar aku mau menjual jam tangan Nautica yang aku pakai.
Karena kasihan melihat teman ingin memakai jam bagus, akhirnya aku lepas jam tangan itu dengan harga Rp 1,5 juta. Dari sisi harga jam bekas, mungkin itu cukup tinggi. Tetapi jika aku harus membeli yang baru untuk tidak mengurangi jumlah koleksiku, aku rugi karena harus nomboki.
Untuk mengganti koleksi jam tanganku, selama beberapa hari aku melakukan survei, hingga ketemu jam Cerruti 1881 Roma Chronograph warna hitam dengan pengikat terbuat dari karet (lihat gambar). Jam tangan warna hitam dengan pengikat dari karet seperti itu sebenarnya sudah aku cari selama 3 bulan terakhir ini, tetapi belum ada yang cocok. Awalnya, aku tertarik dengan jam tangan berpengikat karet setelah melihat jam tangan Casio milik Bima, yang saya lihat cukup cantik bertengger di atas pergelangan tangannya. Jam tangan yang aku miliki sebelum ini semuanya memiliki pengikat stainless steel.
Kebetulan, jam Cerruti 1881 Roma Chronograph yang harganya Rp 2,6 juta ini mirip dengan jam tangan Tag Heuer 300M Aquaracer Diver Watch --yang pengikatnya juga terbuat dari karet-- milik Ivan yang harganya di Indonesia di atas Rp 12 juta.
Tanpa pikir panjang akhirnya aku membeli jam Cerruti 1881 type Roma Chronograph tersebut sebagai pengganti jam Nautica yang sudah dibeli oleh temanku itu.
No comments:
Post a Comment