Hari ini, Ivan dan saya menyerahkan fotocopy KTP kepada Muzani. Rencananya, kami mau mendirikan perusahaan baru untuk mengelola tambang batubara di daerah Lampung, bersama seorang kawan Muzani di sana yang katanya dekat dengan Bupati Lampung Selatan.
Untuk memastikan bisnis ini, kemarin saya sudah cek ke Willy, kawan baik dari Bumiayu yang sudah cukup menguasai tambang dan pasar batubara, mengenai potensi batubara di daerah Lampung itu. Menurut Willy, kalau bisa mendapatkan konsesi lahan di derah Lampung, ada 1 berita buruk dan 1 berita bagus.
Berita buruknya, batubara di daerah yang akan diusahakan itu memiliki kalori yang rendah dan sulfur yang tinggi; keduanya merupakan indikator yang kurang sedap. Makin rendah kalori harga makin turun, makin tinggi sulfur harga makin berkurang. Sebaliknya, semakin tinggi kalori dan semakin rendah sulfur harganya semakin mahal.
Berita baiknya, untuk speksifikasi batubara dengan kalori rendah dan sulfur tinggi, kebetulan, untuk saat ini sudah ada pembelinya, meski dengan harga yang cukup rendah. Setelah dihitung-hitung, dengan harga yang paling rendah sekalipun, tetap saja menghasilkan uang yang tidak sedikit :)
Tahap awal ini dibutuhkan dana sebesar Rp 500 juta untuk mengurus perijinan tambang batubara di atas lahan seluas 5000 hektar yang dijanjikan. Kami sudah sepakat, Muzani, Ivan dan saya masing-masing akan menyetor modal sebesar Rp 133 juta, sedang kawan Muzani di Lampung akan menyetor Rp 100 juta. Kepemilikan sahamnya adalah Muzani 30%, kawannya di Lampung 30%, Ivan dan saya masing-masing 20%.
Nama perusahaannya adalah PT Arto Tambang Mandiri (ATM). Harapannya, perusahaan ini bisa menjadi ATM kami kalau kelak terjun menjadi politisi. Banyak politisi menjadi korup dan tidak tahan dengan godaan uang suap karena mereka tidak memiliki sumber uang yang kuat di belakangnya. Itu yang paling saya takuti. Seperti sudah saya tekadkan sejak dulu, saya ingin terjun mengabdi kepada masyarakat menjadi politisi, setelah saya cukup kuat secara finansial, agar saya tidak menjadi politisi yang korup dan bisa dibeli. Na'udzubillahi min dzalika !!!
Nama ini ditemukan saat Muzani dan saya selesai shalat dhuhur-ashar di sebuah masjid di daerah Indramayu Minggu (27/4) sore kemarin sepulang dari Tegal. Selesai shalat, tiba-tiba Muzani menanyakan nama perusahaan yang akan didirikan untuk mengurus tambang batubara ini. Spontan saya menjawab Arto Tambang Mandiri Indonesia, biar mirip dengan Arto Selaras Mandiri Indonesia (Asmindo). Muzani langsung mengoreksi, tidak perlu Indonesia, cukup Arto Tambang Mandiri dan disingkat ATM.
Mudah-mudahan lancar dan berkah. Amin! :)
Untuk memastikan bisnis ini, kemarin saya sudah cek ke Willy, kawan baik dari Bumiayu yang sudah cukup menguasai tambang dan pasar batubara, mengenai potensi batubara di daerah Lampung itu. Menurut Willy, kalau bisa mendapatkan konsesi lahan di derah Lampung, ada 1 berita buruk dan 1 berita bagus.
Berita buruknya, batubara di daerah yang akan diusahakan itu memiliki kalori yang rendah dan sulfur yang tinggi; keduanya merupakan indikator yang kurang sedap. Makin rendah kalori harga makin turun, makin tinggi sulfur harga makin berkurang. Sebaliknya, semakin tinggi kalori dan semakin rendah sulfur harganya semakin mahal.
Berita baiknya, untuk speksifikasi batubara dengan kalori rendah dan sulfur tinggi, kebetulan, untuk saat ini sudah ada pembelinya, meski dengan harga yang cukup rendah. Setelah dihitung-hitung, dengan harga yang paling rendah sekalipun, tetap saja menghasilkan uang yang tidak sedikit :)
Tahap awal ini dibutuhkan dana sebesar Rp 500 juta untuk mengurus perijinan tambang batubara di atas lahan seluas 5000 hektar yang dijanjikan. Kami sudah sepakat, Muzani, Ivan dan saya masing-masing akan menyetor modal sebesar Rp 133 juta, sedang kawan Muzani di Lampung akan menyetor Rp 100 juta. Kepemilikan sahamnya adalah Muzani 30%, kawannya di Lampung 30%, Ivan dan saya masing-masing 20%.
Nama perusahaannya adalah PT Arto Tambang Mandiri (ATM). Harapannya, perusahaan ini bisa menjadi ATM kami kalau kelak terjun menjadi politisi. Banyak politisi menjadi korup dan tidak tahan dengan godaan uang suap karena mereka tidak memiliki sumber uang yang kuat di belakangnya. Itu yang paling saya takuti. Seperti sudah saya tekadkan sejak dulu, saya ingin terjun mengabdi kepada masyarakat menjadi politisi, setelah saya cukup kuat secara finansial, agar saya tidak menjadi politisi yang korup dan bisa dibeli. Na'udzubillahi min dzalika !!!
Nama ini ditemukan saat Muzani dan saya selesai shalat dhuhur-ashar di sebuah masjid di daerah Indramayu Minggu (27/4) sore kemarin sepulang dari Tegal. Selesai shalat, tiba-tiba Muzani menanyakan nama perusahaan yang akan didirikan untuk mengurus tambang batubara ini. Spontan saya menjawab Arto Tambang Mandiri Indonesia, biar mirip dengan Arto Selaras Mandiri Indonesia (Asmindo). Muzani langsung mengoreksi, tidak perlu Indonesia, cukup Arto Tambang Mandiri dan disingkat ATM.
Mudah-mudahan lancar dan berkah. Amin! :)