Dua minggu lalu, seseorang dari Pondok Indah menghubungi saya. Dia mendapatkan nomor hp saya dari bagian iklan Republika, setelah melihat iklan Pesantren Seluler, program layanan seluler (sms) Indeks Al-Quran melalui nomor 3689 dan beroperasi di Telkomsel dan Indosat.
Dia menyatakan tertarik dengan layanan yang saya jalankan, dan dia mengajak untuk bertemu. Setelah bertemu, rupanya beliau tertarik untuk bekerjasama dalam program ini. Pembicaraan awal, beliau siap mengucurkan dana hingga Rp 2 miliar untuk kegiatan promosi Pesantren Seluler.
Kegiatan Pesantren Seluler memang membutuhkan biaya promosi yang cukup tinggi, mengingat layanan Indeks Al-Quran yang interaktif ini membutuhkan tidak sekedar iklan REG IQ saja, layaknya kebanyakan iklan layanan seluler, tetapi juga diperlukan pendidikan kepada masyarakat umum, terutama ibu-ibu di rumah sebagai pengguna mayoritas layanan seluler agama. Pendidikan yang diperlukan adalah bagaimana menggunakan search engine (mesin pencari). Bagi mereka yang sudah biasa ber-internet, menggunakan search engine tentu tidak masalah.
Jika memasang iklan sebesar leaflet 1/4 halaman kertas A4, yang singkat dan padat, harganya jauh lebih murah. Tetapi karena harus menjelaskan bagaimana cara kerja search engine serta contoh-contoh input yang harus diberikan kepada search engine, jadilah materi iklan Pesantren Seluler sebesar 1/4 halaman koran standar, atau 1 halaman tabloid seperti Dialog Jumat, suplemen koran Republika. Dengan iklan sebesar itu, biaya juga menjadi jauh lebih besar. Alhamdulillah, beliau sebagai calon investor baru memahami dan setuju dengan pendekatan tersebut.
Kami bersepakat, awal dari pekerjaan ini adalah syiar, bukan bisnis. Kami sepakat untuk mendidik masyarakat untuk mau membaca Terjemahan Al-Quran. Kebetulan, beliau yang menemui saya juga anggota Majelis Pentashih Al-Quran Departemen Agama RI.
Pada pertemuan kedua, beliau merubah permintaan, bukan kerjasama, tetapi mengambil alih pengelolaan Pesantren Seluler. Beliau siap memberikan kompensasi atas seluruh biaya marketing yang sudah saya keluarkan selama ini, yang sudah mencapai hampir Rp 450 juta. Total kompensasi yang saya minta adalah Rp 600 juta ditambah saham di perusahaan baru sebesar 20% (awalnya 30%).
Hingga saat ini, setelah pertemuan yang ketiga, angka-angka tersebut masih saja khilafiah. Beliau memberikan tawaran Rp 550 juta ditambah 15% saham. Saya belum menyetujuinya. Mudah-mudahan tidak lama lagi ada titik temu yang menguntungkan kedua belah pihak.
Dia menyatakan tertarik dengan layanan yang saya jalankan, dan dia mengajak untuk bertemu. Setelah bertemu, rupanya beliau tertarik untuk bekerjasama dalam program ini. Pembicaraan awal, beliau siap mengucurkan dana hingga Rp 2 miliar untuk kegiatan promosi Pesantren Seluler.
Kegiatan Pesantren Seluler memang membutuhkan biaya promosi yang cukup tinggi, mengingat layanan Indeks Al-Quran yang interaktif ini membutuhkan tidak sekedar iklan REG IQ saja, layaknya kebanyakan iklan layanan seluler, tetapi juga diperlukan pendidikan kepada masyarakat umum, terutama ibu-ibu di rumah sebagai pengguna mayoritas layanan seluler agama. Pendidikan yang diperlukan adalah bagaimana menggunakan search engine (mesin pencari). Bagi mereka yang sudah biasa ber-internet, menggunakan search engine tentu tidak masalah.
Jika memasang iklan sebesar leaflet 1/4 halaman kertas A4, yang singkat dan padat, harganya jauh lebih murah. Tetapi karena harus menjelaskan bagaimana cara kerja search engine serta contoh-contoh input yang harus diberikan kepada search engine, jadilah materi iklan Pesantren Seluler sebesar 1/4 halaman koran standar, atau 1 halaman tabloid seperti Dialog Jumat, suplemen koran Republika. Dengan iklan sebesar itu, biaya juga menjadi jauh lebih besar. Alhamdulillah, beliau sebagai calon investor baru memahami dan setuju dengan pendekatan tersebut.
Kami bersepakat, awal dari pekerjaan ini adalah syiar, bukan bisnis. Kami sepakat untuk mendidik masyarakat untuk mau membaca Terjemahan Al-Quran. Kebetulan, beliau yang menemui saya juga anggota Majelis Pentashih Al-Quran Departemen Agama RI.
Pada pertemuan kedua, beliau merubah permintaan, bukan kerjasama, tetapi mengambil alih pengelolaan Pesantren Seluler. Beliau siap memberikan kompensasi atas seluruh biaya marketing yang sudah saya keluarkan selama ini, yang sudah mencapai hampir Rp 450 juta. Total kompensasi yang saya minta adalah Rp 600 juta ditambah saham di perusahaan baru sebesar 20% (awalnya 30%).
Hingga saat ini, setelah pertemuan yang ketiga, angka-angka tersebut masih saja khilafiah. Beliau memberikan tawaran Rp 550 juta ditambah 15% saham. Saya belum menyetujuinya. Mudah-mudahan tidak lama lagi ada titik temu yang menguntungkan kedua belah pihak.
1 comment:
wah hebat mas. sesuatu yang baru tapi langsung diminati Investor. Artinya pesantren selulur tentu sangat menggiurkan. Tapi apakah tidak sayang untuk melepasnya?Bukankah mas fami bisa mengembangkan lebih baik lagi dari segi content dan tentunya share yang lebih besar?? Sayang lhoo. Semakin lama, tingkat kebutuhannya semakin tinggi. Apalagi jika nanti bisa dikembangkan misalnya jadi Indeks bagi tafsir dan kitab-kitab kuning yang sangat sulit diakses oleh masyarakat umum. Thanks. See you
Post a Comment